Kamis, 29 Juni 2017

Kisah Sedih dari Pasar Gembrong, Merugi di Hari Raya




Pagi itu tepat pukul 09.00 WIB, Riyani (34) sudah tampak sibuk membenahi kios boneka yang berada tepat di halaman rumah petak miliknya. Dibantu anak gadis sulungnya, Riyani membongkar dan membawa boneka berbagai ukuran ke kiosnya untuk dipajang. 

Hilir mudik, satu persatu boneka dia bawa. Ada yang hanya sekedar dia jinjing, pegang, bahkan tak sedikit yang dia peluk dengan erat dan tentunya dengan susah payah.

Pasalnya, tidak sedikit boneka berukuran jumbo yang dia jual di kiosnya.

"Iya susah bawanya. Gede banget ini. Belum juga laku padahal udah mau tiga bulan di gudang," kata Riyani sambil menyeka keringat yang mengucur dari pelipisnya.

Riyani adalah satu dari ratusan pedagang mainan di Pasar Gembrong.


Pasar Gembrong tahun ini sepi pembeli yang membuat banyak pedagang merugi.Pasar Gembrong tahun ini sepi pembeli yang membuat banyak pedagang merugi. (CNN Indonesia/Tiara Sutari)
Hingga saat ini, pasar di kawasan Jakarta Timur itu dikenal sebagai surga mainan di ibu kota. Bukan hanya dari Jakarta, tidak sedikit pembeli dari luar Jakarta yang berbondong-bondong mendatangi pasar sejuta mainan ini. 

Harga yang bersaing dan varian mainan yang tak sedikit membuat pasar ini tak pernah sepi pengunjung. Itu terbukti dari banyak kendaraan yang terparkir di sepanjang jalan Basuki Rahmat yang mengitari kios – kios mainan dan alat tulis di Pasar Gembrong. 

Momen liburan seperti hari raya biasanya dimanfaatkan keluarga berbelanja di Pasar Gembrong, baik untuk membelikan mainan sebagai hadiah Lebaran atau hanya sekedar cuci mata.

Namun, keramaian itu tidak terlihat di Lebaran kali ini. Kios-kios ini memutuskan libur setelah mendapati dagangannya sepi dan kurang diminati pengunjung. 

"Saya Enggak jualan, nggak ada yang beli. Duduk saja di rumah, karena toko menyatu dengan rumah," kata Dewi (42) salah satu pedagang asli di kawasan Pasar Gembrong.

Nasib sepi pengunjung tak hanya dialami Dewi, banyak kios pedagang yang mengitari area troatoar jalan Basuki Rakhmat hingga lapangan, kini malah tutup tak berjualan.   

Akibat sepinya pembeli, Dewi sudah tidak melakukan penyetokan mainan sejak akhir tahun lalu. 
Dewi menyebut, baru kali ini Pasar Gembrong sepi pengunjung. Padahal sejak awal 2000an, pasar mainan tersebut terus ramai pembeli, terutama di masa Lebaran.

Berjualan sejak 2003, Dewi mengaku sudah banyak mengalami pahit-manis berdagang. Kadang laris, kadang sepi. Selain itu, dulu terdapat persaingan harga di pasar tersebut. Jika salah satu pedangan sepi, masih ada pedagang lain yang mendapat untung karena menjual dengan harga yang lebih rendah.

Tapi, tahun ini semua toko mainan di Pasar Gembrong mengalami kerugian.

"Semua rugi, bukan karena bersaing, tapi karena memang enggak ada yang beli," tutur Dewi. 

Padahal, soal harga, Dewi sudah memberi diskon besar. Di tokonya, mainan dijual dengan kisaran Rp5 ribu hingga yang paling mahal bisa menyentuh angka Rp1 juta. 


Kagak ada, ngapain nyetok-nyetok. Sehari aja paling yang kejual satu, numpuk dehmainan di gudang," katanya. 

Sepinya pengunjung pun dirasakan pedagang mainan di warung tenda.  Nakhrowi (39), yang berjualan di trotoar jalan Basuki Rakhmat juga mengalami penurunan penjualan. 

Rowi, yang merupakan pedagang musiman, mengaku sedih lantaran dagangannya berupa kembang api dan mercon, tak kunjung laku. 

Padahal, biasanya Lebaran jadi momen mengais untung.  

Tapi tahun ini, alih-alih untung, Rowi malah buntung. 

"Rugi [tahun ini]. Padahal tahun lalu untung gede, balik modal juga. Tahun ini mah boro-boro. Kagak ada yang laku ini jualan," kata dia. 

Sesekali, memang ada pembeli yang mampir ke pasar ini. Sayangnya, mereka hanya cuci mata. Kebanyakan hanya melihat, lalu kemudian berlalu dan pergi tanpa membeli.  (sumber: CNN Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar