Kamis, 26 Oktober 2017

Kisah Andre Terkena Kanker Lidah




Kisah Andre Kurnia Farid yang meninggal akibat kanker lidah bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Menurut posting istrinya, Rezy Selvia Dewi, di Facebook, Andrea meninggal hanya dalam waktu 1 tahun setelah kanker terdeteksi.
Diuraikan di situs WebMD, kanker lidah bisa dibagi dua menurut lokasinya. Kanker lidah oral adalah yang berkembang di bagian lidah di mulut. Sementara, kanker lidah dasar berkembang di pangkal lidah, berdekatan dengan tenggorokan.
Oral Cancer Foundation menyatakan, kanker lidah kerap "menipu". Pada perkembangan awal, kanker akan tampil sebagai bercak putih atau luka mirip sariawan sehingga orang cenderung mengabaikan. Kerap terjadi, kanker baru terdeteksi pada stadium 4, seperti yang dialami Andre.
Jika mendapati adanya bagian mulut yang terluka, maka hitung lama waktu luka itu. Bila luka atau bercak tak sembuh dalam hitungan minggu atau mengalami perubahan suara dan rasa sakit saat menelan, ke dokterlah. Ada kemungkinan itu gejala awal kanker.
Kanker pada pangkal lidah lebih sulit dideteksi karena tak langsung tampak walaupun kadang menunjukkan gejala seperti pendarahan dan sakit tenggorokan yang berkepanjangan. Cara terbaik agar cepat mengetahuinya adalah mengunjungi dokter gigi dan kesehatan mulut secara rutin.
Sebab utama kanker lidah belum diketahui secara pasti. Namun, pemicunya bisa kebiasaan-kebiasaan kecil yang tidak sehat seperti kurang memelihara gigi dan mulut, merokok, serta mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebih.
Penyakit menular seksual seperti sipilis juga bisa memicu kanker lidah. Ini karena sipilis biasanya akan mengakibatkan luka. Sel-sel di bagian luka berkepanjangan bisa bermutasi dan bersifat kanker, tumbuh tak terkendali.
Para peneliti kini juga menghubungkan kanker lidah dengan human papiloma virus (HPV). Virus itu bisa menginfeksi jaringan skuamosa apapun, dari vagina hingga mulut. Ilmuwan menyatakan, jenis HPV yang jadi sebab musabab kanker lidah dan mulut adalah HPV16.
Karena HPV menjadi salah satu penyebab, maka vaksin HPV bisa jadi alternatif untuk meminimalkan risiko kanker lidah. Selain itu, karena HPV juga ditularkan lewat hubungan seksual, maka kita perlu melakukan seks yang sehat, baik oral maupun penetrasi vagina.
Bila mencurigai diri terkena kanker lidah, maka kunjungilah ahli onkologi. Dokter biasanya akan melakukan CT Scan atau X-Ray untuk mendeteksi kanker. Diagnosis lainnya adalah biopsi, pengambilan sampel jaringan dari bagian yang diduga terkena kanker.
Oral Cancer Research menyatakan bahwa kanker lidah merupakan "penyakit gaya hidup". Jadi, kejadiannya bisa ditekan dengan mengupayakan gaya hidup sehat. Ada lima hal yang perlu jadi perhatian utama kita bila tak ingin terkena kanker lidah.
1. Berhubungan seks dengan sehat. 
2. Dapatkan vaksin HPV
3. Jangan merokok
4. Hindari minum alkohol.
5. Jaga kesehatan gigi dan mulut (bpp/kpc)

Kisah Putri Tidur dari Banjarmasin



Siti Raisa Miranda (13) alias Echa telah menjadi seperti Putri Aurora dalam kisah Sleeping Beauty produksi Walt Disney. Perbedaannya hanya periode tidur Echa saja yang masih dalam hitungan hari, tak selama Aurora yang tidur hingga 100 tahun.
Meski demikian, Echa merupakan fenomena. Seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (24/10/2017), remaja yang bersekolah di SMPN 15 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu baru-baru ini dikabarkan tidur selama 13 hari berturut-turut.
Itu bukan kali pertama. Sebelumnya, ia pernah tidur selama 7 hari dan kemudian 8 hari. "Kalau kambuhnya sudah kedelapan (kali). Kalau tidurnua (lama) yang ketiga,” kata Mulyadi, ayah Echa, yang menduga bahwa anaknya mengalami sindrom putri tidur atau Klein Levine.
Ahli saraf dan peneliti tidur Dr Rimawati Tedjakusuma SpS RPSGT mengatakan, kemungkinan besar yang dialami Echa memang sindrom Klein Levine. Dalam kurun waktu 1967 hingga 2004, hanya menimpa 186 orang di dunia. Umumnya dialami perempuan.
Gejala paling terlihat dari orang dengan sindrom Klein Levine yang waktu tidurnya sangat lama. Periode tidur bisa berlangsung selama hampir sebulan. Penderita bisa bangun tiba-tiba untuk makan dan ekskresi namun akan tidur lagi. Di akhir masa tidur, lumrah terjadi insomia dalam waktu singkat.
Gejala yang dialami Echa memang menyerupai sindrom Klein Levine. Dia pernah tidur selama hampir 2 minggu, bangun untuk sekadar makan dan buang air, serta pernah mengalami insomnia ekstrem, tidak tidur selama 3 hari berturut-turut.
Gejala lain dari Kleine Levin lebih tak disadari orang sekitar. Santosh Ramdurg dalam publikasinya di Annual Indian Academy of Neurology pada 2010 menjelaskan, pendeirta Klein Levine bisa mengalami gangguan kognitif, hasrat seksual yang berlebihan, halusinasi, dan gangguan mood.
Meski kemungkinan besar merupakan Kleine Levin, tak menutup kemungkinan Echa mengalami hal berbeda. "Bisa saja ada sesuatu di otaknya. Bisa juga misalnya ada tumor otak yang letaknya di area yang mengatur tidur," jelasnya ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (25/10/2017).
Rima mengatakan, orang yang mengalami depresi juga bisa tidur lama. Namun biasanya tak selama orang yang mengalami Kleine Levin. Dengan demikian, kemungkinan yang dialami Echa adalah depresi ekstrem bisa dihapus dari daftar dugaan.
Bagaimana Memastikannya?
Untuk memastikan apa yang sedang dialami Echa, Rima mengatakan perlu dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan CT Scan. Tujuannya adalah memastikan ada tidaknya kelainan seperti tumor di otak. "Kalau Kleine-Levin Syndrome ketika di-MRI (Magnetic Resonance Imaging) bersih otaknya.
Mulyadi, ayah Echa, mengaku sudah membawa putrinya ke rumah sakit untuk di CT Scan. Dua kali melakukannya, Mulyadi mengaku bahwa hasil pemindaian anaknya baik-baik saja. Meski demikian, pemindaian dengan cara lain seperti MRI bisa diupayakan lagi untuk memastikan.
Upaya memastikan seseorang mengalami Kleine Levin, harus dilakukan dengan investigasi pengalaman. Tidak ada langkah klinis seperti tes darah, hormon, ataupun genetik untuk memastikannya. Pemeriksaan seperti MRI dan EEG (Electroencephalogram) hanya bertujuan menghapus kemungkinan lain.
Rimawati mengatakan, "Kemungkinan besar penyebab Kleine Levin genetik, tapi kita juga belum tahu gen apa yang menyebabkan." Karena itulah, pemeriksaan genetik juga tidak bisa memastikan seseorang mengalami Kleine Levin.
Menurut International Classification of Sleep Disorders, seseorang dikatakan mengalami Kleine Levin bila mengalami tidur 2-4 minggu, kambuh beberapa kali, dengan periode antar kambuh antara bulan hingga tahun, dan diagnosanya tidak bisa diterangkan dengan penyakit saraf lain.
Selain itu, untuk bisa dikatakan Kleine Levin, hipersomnia atau tidur berlebihan juga harus disertai satu diantara empat gejala, yaitu gangguan mood dan kognisi, megaphagia atau makan berlebihan, hasrat seksual yang berlebihan, serta ekspresi tak normal seperti agresif dan sensitif berlebihan.
Dalam kasus Echa, gejala selain tiodur berlebihan belum diungkapkan. Sementara, Rima menambahkan, kecelakaan disertai luka di kepala yang dialami Echa belum bisa dikatakan sebagai pemicu tidur berlebihan yang dialaminya. Rima juga mengatakan, tak ada hubungannya trauma kepala dengan Kleine Levin.
Apa yang Harus Dilakukan pada Echa?
Yang jelas, pemeriksaan dahulu. Jika memang yang dialami Echa memang Kleine Levin, sayangnya, tak banyak yang bisa dilakukan untuk membantunya. Hingga saat ini, belum ada obat-obatan yang bisa dipastikan akan membantunya tidur normal.
"Kita bisa pakai obat-obat stimulan. Misalnya obat-obat untuk attention ADHD. Harusnya sih ada stimulan yang lebih aman, yaitu modafinil. Sayangnya obat itu belum masuk ke Indonesia," kata Rimawati yang praktek di Rumah Sakit Medistra.
Sejumlah obat sebenarnya telah diujicobakan. Amphetamine misalnya. Namun, tingkat keberhasilannya hanya 71 persen. Itu pun tak membantu tidur, hanya membantu menenangkan mood. Obat lain adalah Lithium yang punya tingkat keberhasilan lebih rendah, cuma 41 persen.
Selain dengan obat, Rimawati mengatakan bahwa yang terpenting adalah sikap keluarga, sekolah, serta masyarakat. "Perlu ada kesadaran bahwa ini memang penyakit, bukan karena si anak ini malas," ungkap Rimawati.
Yang sedikit melegakan, Kleine Levin bisa reda pada usia 20-30 tahun. "Makin dewasa biasanya episodenya (tidur) lebih jarang," sambung Rimawati. Jika memang menderita itu, maka ada harapan Echa bisa hidup normal di kemudian hari. (sumber:kompas.com)

Rabu, 18 Oktober 2017

Kisah Mata Mata Mata Hari yang Pernah Tinggal di Indonesia




SEBUAH kendaraan abu-abu milik militer Perancis bertolak dari penjara Saint-Lazare di Paris pada waktu pagi, 15 Oktober 1917.
Di dalamnya, selain dua biarawati dan pengacara, terdapat seorang perempuan Belanda berusia 41 tahun yang mengenakan jubah panjang dan topi lebar.
Satu dekade sebelumnya, perempuan ini bersentuhan dengan orang-orang penting di berbagai ibu kota negara di Eropa.
Berkat keterampilannya dalam menari, “perempuan maut”  ini mampu menggaet beragam kekasih, termasuk menteri, pebisnis kaya, dan jenderal.
Dunianya berubah ketika Eropa dilanda Perang Dunia I. Dia mengira dirinya bisa bertahan di Eropa dengan mengandalkan karisma. Namun, para pria berkuasa menginginkan sesuatu darinya yang lebih dari sekadar hubungan seks. Mereka menghendaki informasi.
Dan itu berarti spionase, mata-mata.
Perempuan tersebut adalah Mata Hari. Kereta yang bertolak dari penjara Saint-Lazare pada 15 Oktober 1917 membawanya kepada regu tembak. Ajal menantinya.
Kejahatannya antara lain menjadi agen mata-mata Jerman serta mengorek rahasia dari para perwira Sekutu yang menidurinya dan meneruskan informasi itu ke bosnya.
Tuduhan itu menuntun sejumlah surat kabar untuk berkesimpulan bahwa dia bertanggung jawab atas pengiriman ribuan serdadu Sekutu menuju kematian.
Akan tetapi, bukti-bukti yang diperlihatkan saat pengadilan, ditambah beberapa dokumen lainnya, menunjukkan bahwa dia sejatinya agen ganda dan kemungkinan mati sebagai kambing hitam.
Titik terang
Kini, 100 tahun setelah kematian Mata Hari, muncul sebuah titik terang yang dapat menjelaskan keterlibatan perempuan tersebut dalam Perang Dunia (PD) I.
Titik terang itu datang dalam wujud berbagai dokumen yang dirilis Kementerian Pertahanan Perancis, termasuk transkrip interogasi Mata Hari oleh dinas antispionase Perancis pada 1917.
Ada pula surat-surat telegram yang dikirimkan atase militer Jerman di Madrid ke Berlin yang berujung pada penangkapan Mata Hari di sebuah hotel di Champs-Elysees, Paris.
 Belakangan surat-surat tersebut menjadi bukti kunci dalam persidangannya.
Beberapa dokumen itu kini dipamerkan di museum Fries, Leeuwarden, Belanda—kampung halaman Mata Hari.
Lahir dengan nama Margarethe Zelle pada 1876, Mata Hari mengalami kehidupan luar biasa sekaligus tragis.
Setelah menikah dengan perwira Belanda keturunan Skotlandia, Kapten Rudolf Macleod, Zelle hijrah ke Malang, Jawa Timur, pada 1897 yang saat itu masih menjadi daerah kekuasaan Hindia Belanda.

Pernikahan itu tak berjalan langgeng dan berakhir dengan perceraian.
Selanjutnya dia bertolak ke Paris dan menamai dirinya dengan sebutan Mata Hari sebagai nama panggung untuk pertunjukan menari bergaya erotis.
"Kalaupun dia tidak menjadi mata-mata, Mata Hari akan dikenang sampai sekarang atas apa yang dia lakukan di kota-kota besar Eropa pada bagian awal abad lalu," kata Hans Groeneweg, kurator museum Fries.
"Sedikit banyak dia menciptakan striptis sebagai bentuk tarian. Kami memamerkan bukti-bukti pertunjukannya dan ada tumpukan kliping surat kabar beserta foto-foto. Saat itu dia merupakan selebritis sosialita," tambah Groeneweg.
Namun, sedihnya, cerita mengenai Mata Hari didominasi oleh kiprahnya dalam dunia mata-mata. Selama betahun-tahun banyak sejarawan membelanya.
Beberapa di antara mereka menilai dia dikorbankan karena Prancis memerlukan mata-mata untuk menjelaskan ke publik tentang kegagalan dalam perang.
Bagi kaum feminis, Mata Hari menjadi kambing hitam yang sempurna karena “moralnya yang buruk” akan membuat dirinya mudah dicap sebagai musuh Perancis.
Mata Hari hanyalah korban?
Mata Hari diketahui kembali ke Prancis melalui Spanyol pada 1916 setelah singgah sebentar di London untuk diinterogasi dinas intelijen Inggris, MI6.
Di Madrid, dia menjalin kontak dengan Arnold von Kalle, atase militer Jerman.
Belakangan Mata Hari mengaku aksinya ini ditempuh untuk memenuhi janjinya kepada intelijen Perancis, bahwa dia akan menggunakan jaringan perwira Jerman yang dia kenal sebelum perang demi membantu Sekutu.
Namun, telegram yang dikirim Kalle ke atasannya di Berlin yang membongkar identitas agen H21 alias Mata Hari.
Dalam surat telegram itu, Kalle membeberkan alamat rumah, rekening bank, hingga nama pembantu setianya. Siapapun yang membacanya tak akan ragu bahwa agen H21 adalah Mata Hari.
Terjemahan resmi surat telegram, yang dihadang oleh dinas intelijen Perancis itu kini dapat disaksikan publik di Museum Fries, Leeuwarden, Belanda.
Bagaimanapun, justru hal inilah yang membuat kalangan sejarawan sangsi pada tudingan terhadap Mata Hari.
Intelijen Perancis, menurut beberapa sejarawan, sejak lama mampu memecahkan bahasa kode di dalam tulisan surat telegram tersebut. Jerman pun tahu intelijen Perancis sudah bisa memecahkannya. Toh, Kalle tetap mengirimkannya ke Berlin.
Dengan kata lain, Kalle ingin intelijen Prancis membacanya.
Jadi, asumsi ini berpendapat bahwa Jermanlah yang menuntun Perancis untuk menangkap dan mengeksekusi agennya sendiri.
Asumsi lain menilai Perancis yang menciptakan dokumen itu untuk mengambinghitamkan Mata Hari dan memuaskan publik.
Pasalnya, mengapa hanya ada terjemahan resmi? Di mana telegram aslinya?
Kedua teori itu sama-sama berpandangan bahwa Mata Hari hanyalah korban, sedangkan Jerman atau Prancis ingin agar dia dilenyapkan.
Rincian interogasi
Selama bertahun-tahun, rincian interogasi Mata Hari oleh jaksa Pierre Bouchardon tidak bisa diakses para sejarawan.
Namun, berkat dokumen yang dirilis Kementerian Pertahanan Perancis, asumsi mengenai Mata Hari bisa dipatahkan.
Berdasarkan transkrip interogasi pada Juni 1917, Margarethe Zelle memutuskan untuk mengakui perbuatannya.
Kepada Bouchardon, dia mengaku telah direkrut Jerman sebagai mata-mata pada 1915 di Den Haag, Belanda.
Keputusannya itu dilatarbelakangi keputusasaan untuk bisa kembali ke Paris pada awal perang.
Karl Kroemer, konsul Jerman di Amsterdam, menyanggupi mengirimnya ke Paris, asalkan dia bisa menyediakan informasi secara berkala. Sejak saat itulah Agen H21 diciptakan.
Mata Hari berkeras bahwa dirinya hanya ingin mengambil uang yang ditawarkan kemudian lari.
Dia mengklaim bahwa kesetiaannya ada pada Sekutu, sebagaimana dia tunjukkan saat berjanji membantu intelijen Perancis.
Pengakuan tersebut malah membawanya ke Chateau de Vincennes di pinggiran timur Kota Paris. Mata Hari dituntun ke sebuah tiang di tanah lapang dengan satu tangan terikat.
Sebanyak 12 serdadu mengarahkan senjata api mereka ke tubuhnya.
Beberapa laporan menyebut bahwa dia menolak matanya ditutup. Dia sempat melambaikan tangan ke pengacaranya.
Sesaat kemudian suara letupan senapan terdengar dan Mata Hari jatuh terpuruk dengan lutut menghujam tanah.
Seorang perwira mendekati sambil menenteng pistol dan menembaknya sekali di bagian kepala.
Sesudah eksekusi, tiada seorang pun yang mengambil jasad Mata Hari.
Karenanya, jenazah perempuan tersebut dibawa ke fakultas kedokteran di Paris untuk digunakan sebagai bahan mata kuliah pembedahan.
Kepalanya kemudian diawetkan di Museum Anatomi. Namun, ketika dilakukan inventaris 20 tahun lalu, ternyata organ tubuh itu telah menghilang. (sumber:kompas.com/BBC Indonesia)

Sabtu, 14 Oktober 2017

Kisah Seorang Pengemudi Marah Marah, Nggak Tahunya yang Dimarahi Polisi




Seperti yang terjadi dalam postingan seorang netizen pengguna akun jejaring sosial Facebook, Ngurah Adi.
Dalam postingan pada 7 Oktober 2017 itu, Ngurah Adi mengisahkan peristiwa yang diketahui terjadi di Bali.
Tepatnya, peristiwa itu terjadi di Jalan Kuta mau ke Beachwalk, Bali.
Seorang pria pengemudi mobil marah-marah ditegur pesepedamotor saat asyik bermain ponsel saat menyetir.
Maklum, ulah pengemudi mobil jenis Avanza berwarna putih tersebit membuat kemacetan arus lalu lintas.
Ketika ditegur, si pengemudi langsung berhenti di tengah jalan dan memanggil pesepeda motor yang menegurnya.
Sempat marah kepada penegurnya, si pengemudi mobil langsung berkata kasar dan menantang yang bersangkutan.
Tapi, si pengendara mobil syok ketika penegur bersepeda motor itu membuka jas hujan yang dikenakannya.
Siapa sangka, dia adalah seorang personel kepolisian, seragam dinasnya tersembunyi di balik jaket.
Berikut postingan lengkap Ngurah Adi:
Jadi ceritanya begini : mobil Avanza putih yang di kendarai bapak (baju hitam)tengah bermain HP sedang menyetir dan di tegur polisi untuk jalan karena membuat kemacetan.
Pada saat ditegur, dia berhenti di tengah jalan dan memanggil bapak polisi itu.
Awalnya, bapak baju hitam tersebut tidak tahu bahwa yang menegur itu bapak polisi karena bapak itu menggunakan jas hujan.
Dan ketika dia berhenti di tengah jalan, dia memanggil pak polisi itu dan pak polisi itu balik arah utk mencari dia.
Nah bapak baju hitam sudah masang muka marah dan dengan hebatnya berhenti di tengah jalan untuk berbicara agak kasar dengan bertanya, “Maumu apa ????” Seakan tidak terima.
Dan ketika buka jas hujannya dia kaget karena yang ditanya adalah seorang polisi.
Saya sangat kecewa dengan bpk baju hitam tersebut.
Karena polisi itu benar bahwa tidak boleh bermain HP saat sedang mengemudi itu.
Dan, saya salut dengan bapak polisi tersebut.
Karena di saat hujan, dia msh bisa tugas dan menyempatkan waktu untuk berhadapan dengan bapak baju hitam tersebut.
Saran saya kita di sini semua wajib bayar pajak kenapa tidak biarkan saja polisi itu hanya menegur.
Saya kira tidak perlu untuk sampai mencari orang tersebut.
Jalan itu milik masyarakat, aparat, dan lain-lain.
Mari kita ramah di jalan dan dimanapun kita berada
Kejadian ini di Jalan Kuta mau ke Beachwalk Bali.
Hingga berita ini disusun, postingan Ngurah Adi menghimpun 6.375 komentar dan dibagikan 10.012 netizen.
Berikut video yang diunggah Ngurah Adi:
(bpp/tnc)