Rabu, 31 Mei 2017

Kisah Polisi Meninggal Dunia Tatkala Kultum di Masjid



Jajaran Polres Tangerang Selatan berduka. Seorang anggota Polsek Serpong, Polres Tangerang Selatan, meninggal dunia saat mengisi ceramah pada Selasa (30/5/2017).
Polisi itu diketahui bernama Aiptu Sabahi.
Dia meninggal dunia ketika menyampaikan kuliah tujuh menit (kultum) di Masjid Polsek Serpong.
Anggota Bhabinkamtibmas tersebut menghembuskan nafas terakhirnya saat menyampaikan ceramah di lima menit pertama.
"Innalillahi wainnalillahi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah Aiptu Sahabi, Bhabinkamtibmas Polsek Serpong. Almarhum meninggal saat mengikuti lomba kultum," ujar Kapolres Tangerang Selatan, AKBP Fadli Widianto pada Selasa (30/5/2017).
Fadli menambahkan, sebelum meninggal dunia Sahabi sempat menyampaikan permohonan maaf kepada rekan sejawatnya di dalam masjid.
Kemudian dia terjatuh dari mimbar dan menghembuskan nafas terakhirnya.
"Pada saat sebelum meninggal, almarhum menyampaikan pernohonan maaf. Selanjutnya almarhum terjatuh. Almarhum dibawa ke rumah sakit, dan dinyatakan meninggal karena serangan jantung. Almarhum memiliki riwayat penyakit jantung," ucapnya.
Menurut Fadli, Sahabi dikenal sebagai polisi yang baik dan kepribadiannya juga sangat baik. Bisa menjadi suri tauladan, bagi orang-orang di sekitarnya.
Loyalitasnya terhadap Polri juga sangat tinggi. Sehari - hari, Sahabi dikenal sebagai orang yang religius, jujur dan supel.


"Orangnya sangat baik. Loyalitasnya tinggi terhadap Polri. Orangnya juga supel, rajin, dan jujur. Almarhum polisi  yang baik, dan sekarang dia telah pergi meninggalkan kita. Almarhum tinggal di Peninggalan Utara, RT01/11, Ciledug, Kota Tangerang," kata Fadli. (sumber: tribunenews.com)

Kisah Anak Tanpa Kaki Menjalankan Ibadah Umroh



Sebuah video tentang seorang anak telah menggetarkan hati netizen di Indonesia bahkan dunia.
Anak laki-laki yang diketahui bernama Ghanim Al-Muftah ini menjalankan ibadah umrah di tanah suci Mekkah.
Kondisinya tak biasa. Ia tak memiliki kaki!
Keadaan itu membuatnya harus berjalan dengan kedua tangannya.
Meski penuh keterbatasan, Ghanim nyatanya mampu berada di depan Ka'bah untuk menjalankan ibadah umroh.
Ia pun memilih berjalan dengan kedua tangannya saat berada di depan Ka'bah meski saat itu ia disediakan kursi roda.
Hal tersebut sempat mengundang perhatian imam besar Masjidil Haram, Imam Mahir al Muaqly.
Perhatian ditunjukkan oleh sang imam dengan mendampingi Ghanim saat salat.
Tampak sang Imam menyalami dan beberapa kali mencium kening anak tersebut.
Momen ini terekam dalam video yang diunggah ulang oleh Ustaz Yusuf Mansur, akhir Januari lalu.
Melihat unggahan tersebut, tak sedikit netizen yang dibuat haru kagum hingga mau menangis.
Doa pun mengalir untuk Ghanim.
Sekilas Tentang Ghanim
Ghanim bisa dibilang sosok yang sangat menginspirasi.
Dengan segala keterbatasan, ia memiliki sederet prestasi dan memiliki usahanya sendiri di usia 13 tahun.

Mengutip Trackalert.com, di usianya saat itu Ghanim telah mendirikan badan amal sendiri, klub olah raga sendiri dan telah mendirikan toko es krim sendiri.
Awal tahun 2015 ia memenangkan Youth Award pada penghargaan Arab Social Media Summit untuk popularitas akun Instagram-nya, yang ia gunakan untuk menceritakan kisahnya kepada dunia.
"Melalui akun Instagram saya, di mana saya memiliki hampir 1 juta pengikut, saya ingin mengatakan bahwa setiap orang memiliki hak untuk bermimpi dan memiliki ambisi yang dapat mereka capai. Media sosial adalah jendela bagi dunia. Ini membantu kita menyampaikan pesan kita lebih cepat dan kita harus menggunakannya dengan cara yang positif dan berguna. Saya ingin orang-orang mengerti bahwa orang-orang penyandang cacat mampu memberi dan aktif dalam masyarakat. " ucap Ghanim saat itu. (bpp/tnc)

Kisah Muslim di Islandia, Puasa hingga 22 Jam Sehari



Berbeda dengan muslim di Indonesia yang puasa 12 jam sehari, muslim di Islandia mesti berpuasa hingga 22 jam sehari. 

Dengan waktu imsak antara pukul 02:00 atau 03:00, mereka berbuka pukul 21:30 atau 23:30. Masyarakat muslim di negara di sebelah barat laut Eropa itu kemudian terbagi dua, ada yang berpuasa 18-19 jam sehari (pukul 03:00 hingga 21:00), ada juga yang berpuasa 21-22 jam sehari (02:00 hingga 23:30). Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan musim dan terbit terbenamnya matahari. 

Muhamad Aufaristama, mahasiswa PhD Indonesia yang berkuliah di University of Iceland adalah salah satu yang merasakannya. Ia menuturkan dirinya berpuasa kurang lebih 22 jam sehari. 

"Puasa 22 jam terasa banget kalau kita libur nggak ada kegiatan, tapi kalau kita banyak berkegiatan outdor atau habiskan waktu di luar insya Allah nggak berasa, karena disini cuacanya meski di luar ruang tak berasa panas jadi tak gampang haus," ungkapnya saat dihubungi via pesan instan, pada Selasa (30/5). 

Aufar menambahkan, matahari bahkan ada sampai "malam", jadi  kadang ia tidak berasa waktu sudah berpindah sudah malam hari. "Nah ini buat kita semangat beraktivitas di luar," tambah dia.

Di Islandia, kata dia, masyarakat muslim terbagi atas dua. Pertama yang mengikuti waktu sesuai posisi matahari di negara tersebut (walaupun matahari tidak pernah terbenam) yaitu sekitar 21-22 jam durasinya. Kedua, mengikuti negara Eropa terdekat seperti Inggris, jadi sekitar 19 jam durasinya.
Dibandingkan dengan Indonesia, Aufar menilai perbedaannya tidak hanya durasi puasa, tapi juga dari pilihan makanan berbuka. Di sana, kata dia, puasa seperti hari-hari biasa tanpa ada menu khusus di restoran. 

"Kita nggak akan bisa berbuka puasa di luar (restoran) mengingat jam tutup antara 21:00-22:00, sedangkan berbuka puasa disini jam 21:30-23.30 (tergantung ikut yang mana)," ujarnya.

Bagaimana dengan menu sahur dan berbuka? Aufar mengatakan hampir tak jauh beda. 

"Untuk saya pribadi nggak ada perbedaan konsumsi saur dan buka puasa karena disini waktu berbuka puasa dan saur bisa berdempetan 2-4 jam, jadi biar efisien menu sama atau disekaliguskan berbuka dan sahur," katanya. 

Namun, kata dia, tidak semua orang mengikuti jadwal imsakiyah tersebut. Ada juga beberapa orang yang mengikuti jadwal di Makkah, misalnya.
Untuk rentang waktu yang hanya empat jam itu, Aufar biasanya memilih untuk istirahat tidur atau mengerjakan paper sembari menunggu sampai sahur. 

"Untuk orang yang rumahnya berdekatan dengan masjid di Islandia atau punya kendaraan pribadi biasanya sholat tarawih di masjid sambil menunggu sahur," ujarnya.

Sementara, kalau yang jarak imsak dan bukanya hanya dua jam, biasanya orang menunggunya sambil trawih atau digabung buka puasa dan sahur.

"Di sini nggak ada waktu imsak, jadi imsak dan subuh bareng jadi penanda masuk puasa saat subuh," ujarnya. 

Ikut imsakiyah masjid 

Dihubungi terpisah, Dyah Anggraini, ketua perkumpulan komunitas Indonesia di Islandia juga menuturkan kisah yang tak jauh beda. 

"Karena sekarang mendekati musim panas, waktu antara matahari terbit hingga tenggelam memang sekitar 20-22 jam. Jadi, bila kita mengikuti jadwal imsakiyah masjid di sini, puasa hari Selasa ini mulai dari jam 2.30 hingga jam 23.25," ujarnya.


"Waktu puasa di Makkah sekarang sekitar dari jam 04.00 sampai jam 19:00, jadi orang-orang yang mengikuti jadwal Makkah, ya puasanya seperti itu."

Dyah sendiri mengaku tidak puasa hingga 22 jam sehari. Ia lebih memilih ikut jam puasa mengacu pada London, puasa dari pukul 03:00 hingga 21:00. 

"Bedanya puasa di sini, karena nggak panas, jadi lebih pada tahan hausnya, di samping itu, nggak ada godaan warung atau tukang makanan lewat," tuturnya lugas. (sumber: CNN Indonesia)

Senin, 29 Mei 2017

Kisah Pelestarian Duyung di Srilangka



"Kami bisa menyamar jadi apa pun. Bisa jadi kru film, turis, apa pun, asal warga desa tidak tahu siapa kami sebenarnya," ujar pria bertubuh besar itu, kemudian menaruh telunjuk di ujung bibirnya.

Ia kemudian mengarahkan telunjuknya ke arah rumah-rumah warga desa di tepi pantai Puttalam di Kalpitya, Sri Lanka, membuat seluruh mata menatap ke arah yang sama.

Sejumlah warga menyambut tatapan itu dengan senyum sambil membawa ikan hasil tangkapan. Di depan gubuk-gubuk tempat menyetor tangkapan, terlihat pula warga yang sedang bersantai merajut jala ikan.

"Mereka mungkin tidak sesantai itu jika kami tak memperkenalkan diri dengan baik," ujar pria itu yang kemudian menjulurkan tangannya dan memperkenalkan diri, Prasanna Weerakkody, dari Ocean Resources Conservation Association (ORCA).

ORCA datang ke desa itu sekitar tiga tahun lalu untuk melaksanakan program Konservasi Dugong, salah satu spesies yang dimasukkan ke dalam kategori langka oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Dengan biaya dari Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP) sebesar US$4,88 juta, mereka ditugaskan untuk menggencarkan upaya konservasi dugong di Sri Lanka, termasuk perlindungan rumput laut sebagai makanannya, terhitung mulai 2015 hingga 2018.

Ketika datang ke desa tersebut, mereka membawa sejumlah perangkat teknologi mutakhir untuk melacak keberadaan dugong. Mulai dari drone hingga pelacak termal, semua alat canggih sudah aman di dalam tas bawaan.

Namun, mereka harus menyatu dengan lingkungan agar warga leluasa memberikan informasi mengenai keberadaan hewan yang juga biasa disebut duyung ini. ORCA harus dapat merebut kepercayaan warga agar mereka mau memberi keterangan apa adanya.

Perlahan, tim ORCA dapat berkomunikasi dengan warga, menanyakan kemungkinan mereka pernah melihat dugong. Warga bahkan mulai terbuka dan mengaku sempat mendengar rumor sejumlah nelayan menangkap dugong untuk dijual di pasar gelap.

Menurut perwakilan dari UNEP, Max Zieren, dugong juga biasanya menjadi korban dari aktivitas biadab manusia, mulai dari penangkapan ikan dengan cara ilegal hingga pembangunan industri di pesisir.

Lambat laun, warga mengerti pentingnya menjaga hewan langka. Mereka pun turut prihatin ketika salah satu rekan kerja dalam proyek konservasi ini, National Aquatic Resources Research and Development Agency Sri Lanka (NARA), melaporkan ada 13 dugong tewas sepanjang tahun 2016.

"Namun, hingga saat ini, tidak ada yang pernah melihat langsung dugong hidup, baik itu penduduk, maupun saya sendiri," tutur Weerakkody lirih.

Manajer Proyek IUCN Sri Lanka, Arjan Rajasurya, mengatakan bahwa keberadaan dugong sulit dilacak karena mereka merupakan hewan yang sangat tertutup. Mereka biasanya hanya berdiam di dasar laut, sambil sesekali melahap rumput di perairan itu.

Hingga saat ini, tim konservasi ini bahkan belum berhasil menghimpun banyak informasi mengenai jumlah dugong di Sri Lanka. Tim konservasi ini juga tak memiliki banyak data mengenai pergerakan dan kebiasaan dugong.

"Dugong itu bisa saja ada di bawah kapal, tapi kalian tidak akan tahu keberadaan mereka karena mereka tidak akan melompat ke permukaan seperti lumba-lumba, atau mencipratkan air seperti paus," katanya. (sumber: CNN Indonesia)

Kisah Perburuan BMW Elvis Presley



Elvis Presley menjalani masa wajib militer Perang Dunia (PD) II,  di Jerman. Dua tahun bertugas di sana, penyanyi pop berjuluk The King ini membeli BMW 507 sebagai tunggangannya sehari-hari dan dibawanya pulang ke Amerika Serikat.

Tidak lama setibanya di AS, mobil dua pintu itu dijual. Pembelinya adalah pembalap Jack Castor yang tertarik dengan mesin V8 karena asyik untuk kebut-kebutan dan raungannya pun sangar. Ketika sang raja penyanyi pop Elvis Prestley tewas akibat obat terlarang pada 1977, perburuan atas BMW 507 itu dimulai dan berakhir 2009 lalu.

Sejarahnya pun unik. Elvis membelinya dalam kondisi bekas tidak seberapa lama setibanya di Jerman. Waktu itu warna aslinya adalah putih dengan nomer rangka 70079. Pemilik pertamanya adalah bernama Hans "Hillclimb Champion" Stuck yang telah memenangkan banyak balapan di perbukitan Jerman, Austria dan Swiss.

Ada sebuah kejadian lucu yang menjadikan BMW 507 itu Elvis cat merah. Pada suatu pagi ketika hendak berangkat ke pangkalan militer, Elvis mendapati mobilnya penuh cap bibir dan coretan surat cinta dari sekelompok penggemar wanitanya. Surat cinta itu ditulis dengan lipstick warna merah menyala.

Elvis sadar bila mobil itu tetap dia pakai, dirinya akan di-bully oleh teman-temannya sesama prajurit. Masalahnya menghilangkan coretan lipstik dari badan mobil tidak bisa cepat. Maka cara termudah adalah mengecatnya sekalian. Warna merah dia pilih agar bisa menutupi surat cinta dan cap bibir di sekujur badan mobilnya.


Ketika akhirnya data-datanya terverifikasi sah, Jack Castor hanya mau menjual BMW 507 bersejarahnya itu langsung kepada BMW Group Classic. Itu pun dengan syarat agar restorasinya benar-benar detail dan sama persis ketika Elvis Prestley membelinya dari Hans Stuck.

Syarat disanggupi. Bila proyek restorasi ini memakan waktu sedemikian lama, ya gara-gara semua komponen harus dibuat ulang dari awal dengan tangan. Termasuk mesin V8 dan transmisi manualnya yang sudah tidak berfungsi, bahwa mika cover lampu sein-nya. Warnanya kembali ke putih Arktik aslinya.


Sayangnya tim restorasi yang kerja keras selama bertahun-tahun itu belum sempat membuat cap bibir dan coretan surat cinta dengan lipstik 'bersejarah' karena membuat The King takut di-bully. (sumber: metrotvnews.com)

Minggu, 28 Mei 2017

Kisah Pria yang tewas akibat membela warga muslim AS disebut 'pahlawan'



Ibu dari seorang pria AS yang tewas karena melindungi dua perempuan dari hinaan anti-muslim menyebutnya 'pahlawan' yang 'akan tetap menjadi pahlawan' setelah kematiannya.
Taliesin Myrddin Namkai-Meche adalah satu dari dua pria yang ditikam sampai tewas dalam kereta di Portland, Oregon, pada Jumat (26 Mei 2017).
Laporan di Oregon menyebutkan bahwa pria kedua yang tewas adalah Ricky John Best, 53, seorang ayah dari empat anak dan seorang veteran perang.
Seorang penumpang lain juga terluka sebelum pelaku kemudian ditahan.
Polisi telah mengidentifikasi pelaku sebagai Jeremy Joseph Christian, 35, seorang narapidana.
Dia dijadwalkan untuk muncul di persidangan pada Selasa, dan akan menghadapi dua tuntutan pembunuhan, percobaan pembunuhan, intimidasi dan napi yang memiliki senjata yang dilarang, menurut Reuters
Meski begitu, Loren Cannon, agen khusus yang menangani Biro Penyelidikan Federal di Oregon mengatakan pada Sabtu bahwa terlalu awal untuk mengetahui apakah "aksi kekerasan ini merupakan terorisme domestik atau kejahatan kebencian federal".

Apa yang terjadi?

Pada Jumat siang, dua remaja perempuan, salah satunya seorang muslim dan mengenakan jilbab, menaiki kereta di Portland.
Menurut saksi mata, mereka menarik perhatian Christian.
Dyjuana Hudson - ibu dari salah satu remaja tersebut - mengatakan Christian mulai mengatakan, "semua orang muslim harus mati".
Sersan Pete Simpson membenarkan bahwa "tersangka ada di kereta dan berteriak, mengoceh, dan mengatakan banyak hal lain, termasuk hal-hal yang bisa tergolong kejahatan kebencian atau bahasa bias."
Tiga orang pria lalu membela para remaja tersebut. Hudson mengatakan pada the Oregonian bahwa salah satu dari mereka mengatakan, "Kamu tak bisa bilang seperti itu - mereka anak-anak."
Namun terduga pelaku kemudian malah melawan para pembela remaja tersebut. Sersan Simpson mengatakan, "Beberapa orang yang meneriaki (pelaku), mereka diserang dengan kejam oleh pelaku, dan menyebabkan dua kematian dan satu terluka.
Tampaknya, tak sadar akan parahnya luka para pembela tersebut, dua remaja yang ketakutan itu kabur dan menelpon Hudson untuk minta tolong.
Christian langsung ditangkap setelah dia turun dari kereta.

Siapa saja korbannya?

Best tengah berada dalam perjalanan pulang saat diserang.
Dia sudah menghabiskan 23 tahun di militer AS, dan pensiun pada 2012, menurut situs Oregon, Willamette Week. Sejak 2015, dia bekerja untuk Kota Portland.
Koleganya, Kareen Perkins, mengatakan pada Oregon Live bahwa Best adalah "orang pertama yang akan Anda mintai tolong".
Namkai-Meche sedang menelpon bibinya ketika dia mulai membela remaja tersebut. Bibi Namkai-Meche meminta lulusan ekonomi tersebut untuk berhenti menelpon dan merekam apa yang terjadi, menurut KATU News.
"Saya tidak bermaksud agar dia jadi pahlawan dan meninggal, tapi dia berusaha untuk melindungi dua remaja tersebut," katanya pada stasiun televisi tersebut.
Ibu Namkai-Meche memberikan salam perpisahan pada "anak laki-laki tersayangnya" di Facebook.
"Dia adalah seorang pahlawan dan tetap akan jadi pahlawan," tulisnya. "Bintang yang bersinar, saya mencintaimu selamanya.
Hudson, ibu dari dua remaja perempuan tersebut, menulis di Facebook, "Terima kasih terima kasih terima kasih... Kamu selalu menjadi pahlawan kami."
Wali Kota Portland Ted Wheeler mengatakan bahwa "aksi berani yang tidak mementingkan diri sendiri" dari tiga pria tersebut "harus menjadi contoh dan inspirasi bagi kita semua".
Meski begitu, dalam konferensi pers, dia mengingatkan bahwa "iklim politik yang terjadi sekarang memberikan terlalu banyak ruang bagi orang untuk menyebarkan kebencian".

Siapa terduga pelaku?


Seorang peneliti senior di Southern Poverty Law Center, sebuah kelompok pengawasan serangan kebencian, mengatakan bahwa lewat halaman Facebooknya, Christian meyakini "kepercayaan rasis dan ekstrem lainnya".
Halaman Facebooknya juga mengatakan bahwa dia menyukai "komik" dan "ganja".
Sebuah artikel di penerbitan alternatif Portland melaporkan bahwa dia "dikenal sebagai supremasis kulit putih" yang sebelumnya pernah memberikan salam hormat Nazi dalam aksi kelompok sayap kanan.
Polisi menolak membagikan detail dari sejarah kriminal terduga pelaku.(sumber: BBC Indonesia)

Kisah Hadar Nafis Gumay Tetap 'Standby' Jaga KPU saat Lebaran



 Hadar Nafis Gumay masih teringat bertugas pada hari raya Idul Fitri  saat menjabat sebagai Anggota KPU periode 2012-2017. Saat itu, Komisioner KPU lainnya melaksanakan mudik lebaran.
Hadar tercatat satu-satunya Komisioner KPU yang tidak melakukan tradisi mudik karena kampung halamannya di Jakarta.
"Saya bersyukur di Jakarta, berbeda, lalu lintas lebih lengang kita nikmati, kebanyakan keluarga dekat kumpul Jakarta," kata Hadar ketika ditemui Tribunnews.com.
Hadar mengakui banyak pekerjaan yang ditangani selama menjabat sebagai Anggota KPU. Pekerjaan yang banyak itu juga terjadi pada bulan Ramadan dan Idul Fitri.
Namun KPU, kata Hadar, tetap berusaha bekerja maksimal. Karena bertempat tinggal di Jakarta dan tidak memiliki kampung halaman, Hadar pun kebagian tugas bersiaga selama masa lebaran.
Hadar pun mengaku menerima tugas tersebut. Ia menilai tugasnya itu tidak menghalanginya bersilaturahmi dengan orangtua serta keluarga besarnya saat lebaran.
"Selalu ada yang standby, teman-teman semua ada mudiknya ada kampung, ada Pak Juri (Komisioner KPU asal Jakarta, istrinya di Banten, dan dia di Brebes, karena saya dianggap orang Jakarta tahun pemilu standby, lebaran pekerjaan masih berlangsung, ya saya sendiri saya nikmati," kata Hadar.
Mengenai Ramadan, Hadar mengaku tidak ada tradisi khusus. Ia menuturkan selalu berkegiatan bersama keluarga inti dan besar. Terutama berkumpul bersama kakak, adik dan ibundanya.
"Bisa berkumpul bareng berbuka kemudian melakukan tarawih bersama itu berkah kami menikmatinya," kata pria kelahiran Jakarta itu.
Hadar kemudian berpesan kepada masyarakat dapat mengambil hikmah berpuasa. Bukan saja menahan diri dari godaan minuman dan makanan tetapi juga urusan politik yang ingin memaksakan kehendak.
"Menahan diri, bahwa kita paling benar, orang yang berbeda pendapat salah. Tidak demikian," kata ayah dari dua anak itu. (sumber: tribunenews.com)

Kamis, 25 Mei 2017

Kisah Agung Ingin Menolong Korban Polisi Malah Jadi Korban Ledakan Bom Kampung Melayu




Nugroho Agung Laksono (18), Rabu (24/5/2017) malam baru saja selesai bekerja menarik Kopaja 612 rute Kampung Melayu-Ragunan.
Kemudian, ia memarkirkan Kopaja di terminal Kampung Melayu dan menikmati secangkir es. Tiba-tiba, ia dikejutkan ledakan bom.
"Lagi minum es, kok ada getaran kencang, orang pada jomplang. Terus saya samperin, ngeliat bapak polisi jatuh di trotoar satu di motor satu. Saya mau nolong pak polisi itu," kata Agung kepada ibunya, Dewi Sunarti (42 tahun),
Saat Agung masih berusaha menolong polisi yang terluka, ia tak menyangka ada bom kedua ikut meledak. Kali ini bom kedua meledak tidak jauh dari posisinya.
Dia lagi teriak mau minta bantuan, ada ledakan lagi, seperti dihantam kepalanya. Agung pun langsung panik dan berusaha menjauh dari lokasi.
Namun, setelah berlari beberapa meter, Agung baru menyadari bahwa kakinya sudah terluka karena ledakan bom tadi. Semakin lari makin berat kakinya. Dia seret kakinya, baru liat berdarah.
Akhirnya, Agung pun langsung naik ke angkot yang berada di dekatnya. Ia meminta sopir angkot untuk mengantarnya ke Rumah Sakit Budi Asih. Tapi angkot itu enggak mau nganterin. Angkot itu malah diam.
Akhirnya, Agung pun turun lagi dari angkot. Ia hendak menuju ke warung yang miliki kakaknya, yang tidak jauh dari lokasi. Namun belum sampai kesana, Agung sudah terlanjur tak sadarkan diri dan terkapar di jalan.
Untungnya, adik Ipar Agung melihatnya dan langsung melakukan pertolongan. Kemudian Agung dibawa ke UGD.
Agung pun dilarikan ke IGD Rumah Sakit Premier Jatinegara. Agung , Kamis (25/5/2017) sore ini sudah dipindahkan ke Rumah Sakit Polri, bersama dua anggota polri lainnya yang juga menjadi korban ledakan.(bpp/tnc)

Kisah Fauzi dari Jual Jamu Sambil Bawa Buku hingga Bangun Rumah Baca K



Muhammad Fauzi berbicara serius dengan belasan orang yang duduk melingkar di teras halaman sebuah rumah di Desa Sukorejo Buduran Kabupaten Sidoarjo Minggu (7/5/2017).
Di belakangnya, ada tembok bertuliskan "Ayo Moco, "Membaca itu Penting" dan "Perpustakaan Taman Baca Masyarakat" serta "Taman Curhat Anak"". Beberapa anak juga terlihat sibuk mewarnai dan membaca buku di bagian dalam rumah.
Baju hitam yang dikenakan Fauzi pun di bagian punggung bertuliskan "Sak iki jamane moco", yang artinya sekarang jamannya membaca.
Kebetulan saat itu, Fauzi sedang menerima kunjungan rombongan dari Trenggalek yang berdiskusi terkait pendirian perpustakaan desa.
"Sering sekali saya menerima tamu untuk diskusi terkait literasi. Bukan hanya daerah Sidoarjo saja tapi banyak juga yang dari luar kota," kata lelaki kelahiran 7 Mei 1982 kepada Kompas.com, Minggu (7/4/2017)
Sehari-hari, Fauzi berprofesi sebagai penjual jamu keliling. Biasanya dia berangkat dari rumah sekitar jam 6 pagi dan mangkal di depan pabrik hingga jam 8 pagi. Setelah pekerja masuk, Fauzi kembali berkeliling untuk menjual jamunya.
Profesi sebagai penjual jamu dia lakoni sejak menikah dengan Imroatul Mufidah (30) pada tahun 2005. Namun bukan hanya sekedar menjual jamu, Fauzi juga membawa buku untuk dipinjamkan ke para pelanggannya.
"Maksimal mereka bisa pinjam buku sekitar dua minggu soalnya kalo pekerja pabrik kan mereka tidak banyak waktu membaca. Jadi waktu pinjamnya agak lama," kata lelaki lulusan Pondok Pesantren Bustanul Arifin Songgon Banyuwangi.
Ia mengaku tidak takut jika buku-buku yang dipinjamkan hilang dibawa pelanggan.
"Ada yang hilang tapi enggak banyak kok. Kan sudah niat untuk dipinjamkan biar pelanggan saya banyak yang baca dan suka baca," katanya sambil tertawa.
Pada tahun 2008, ia dan istrinya sudah berniat untuk mendirikan rumah baca dengan modal 37 buku milik pribadi yang dia dapatkan selama mondok.
Untuk mencukupi kebutuhan buku di rumah bacanya, ia menganggarkan uang Rp 200.000 setiap dua minggu untuk membeli buku dan majalah bekas untuk rumah bacanya. Untuk rak buku, dia memanfaatkan kayu bekas bangunan yang dia buat sendiri bersama istri.(kpc)

Kisah Ayah Bripda Yogi, Korban Bom Kampung Melayu



Yuli Hari Utomo menjalani malamnya seperti biasa sebagai petugas imigrasi Depok, Jawa Barat, pada Rabu (24/5), ketika sebuah panggilan telepon masuk pada telepon genggamnya. Nama Yogi Aryo Yudistiro muncul pada teleponnya, anaknya yang baru berprofesi jadi polisi. 

Yogi yang berusia 22 tahun masih menjabat sebagai Brigadir Dua (Bripda) di Polda Metro Jaya. Saat Hari menjawab telepon, yang terdengar hanya suara rintihan. 

Salah seorang kawan Yogi langsung mengambil alih telepon dan bertanya, 'Bapaknya Yogi ya? Segera ke RS Premier di Kampung Melayu. Segera, Pak, karena Yogi kecelakaan'," ujar Hari menirukan suara di telepon.

"Saya segera tolong, Bapak merapat secepatnya, tolong minta kawal Polres Depok' tapi saya tidak juga meminta," ucapnya kemudian.

Meski putranya disebut kecelakaan, Hari punya firasat kuat telepon itu berhubungan dengan sebuah kejadian bom yang terjadi di Kampung Melayu. Sebelumnya Hari memang sempat mendengar dari rekan kerjanya bahwa ada ledakan bom bunuh diri di salah satu terminal teramai di Jakarta tersebut. 

Hari mengatakan, pada sore hari Yogi sempat menghubunginya lewat pesan singkat untuk memberitahukan jika ia bertugas untuk pengamanan organisasi masyarakat yang hendak melakukan kirab di Kampung Melayu .

Kepanikan melanda Hari usai mendapatkan telepon itu. Hari mengaku, dirinya langsung melompati pagar yang membatasi Jalan Raya Margonda, Depok. Ia kemudian menaiki taksi, tapi sayang ketika sampai Tebet, Jakarta Selatan, dia harus berganti kendaraan dengan ojek.

Namun, ojek tidak membantunya sampai ke RS Premier. Hari pun meminta bantuan kepada polisi yang tengah bertugas untuk mengantar ke tempat anaknya dirawat.

Sekitar pukul 23.00 WIB, dirinya baru berhasil tiba di rumah sakit.

Saat ini, Hari hanya dapat menunggu kesembuhan anaknya itu. "Kondisi terakhir yang saya dapatkan dari dokter, mata sebelah kiri perkiraan tinggal 75 persen, kalau masih bagus dapat berfungsi penglihatannya," ujarnya.

"Kalau yang kanan sudah enggak tahu, karena ada tiga serpihan yang masuk ke korneanya. Kalau yang sebelah kiri sudah dijahit sekitar mata," tuturnya.

Yogi bukanlah satu-satunya korban ledakan tersebut. Diketahui, terdapat 15 korban lain yang menjadi korban jiwa dengan lima di antaranya meninggal dunia.

Di RS Premier, Yogi menjalani perawatan bersama tiga korban lainnya yakni, Agung Nugroho, Jihan Thalib dan Ferri Nurcahya.

Pesan untuk Teroris

Saat ditanya apa pesan darinya untuk teroris, tak kuasa Hari kembali terdiam beberapa saat dengan menarik napas panjang.

Wajahnya yang begitu lelah semakin muram kala mengingat kejadian yang menimpa anaknya.

"Teroris itu kalau mau membalas dendam atau melakukan tindak jangan sembarang di tempat umum, itu sangat tidak bertanggung jawab nanti korbannya orang-orang umum yang tidak berdosa," ucapnya.

"Contoh anak saya itu masih polos, walau umurnya 22 tahun, saya anggap masih kecil karena walau jadi polisi beli jajanan sama seperti adiknya yang SD, permen gulali, masih polos," tuturnya. (sumber: CNN Indonesia)

Jumat, 19 Mei 2017

Kjsah Mata Rendhy Terkena Bara Rokok Pengendara Lain, Nyaris Buta




Nasib sial dialami seorang pengendara sepeda motor bernama Rendhy Maulana.
Melalui akun sosial media Facebook miliknya, dia bercerita kalau matanya nyaris buta akibat terkena bara abu rokok pengendara motor lain yang sedang merokok di kawasan Jakarta Timur.
Rendhy menceritakan bahwa awal mulanya ia tengah berkendara.
Tiba-tiba matanya terasa panas dan kesulitan melihat setelah terkena bara rokok pengendara lain.
Dalam akun di Facebook, Rendhy memperlihatkan matanya yang tengah diperban.
Menurut pemeriksaan dokter, matanya terkena iritasi hebat akibat abu rokok.
Dirinya tidak memperhatikan pengendara motor yang sedang merokok karena kejadian berlangsung cepat.
Beruntung, matanya masih dapat pulih dari luka tersebut.
Dalam postingannya Rendhy juga mengungkapkan untuk pengguna motor berhati-hati terutama untuk tidak merokok selama berkendara.
Dirinya mengatakan sudah mengenakan helm halfface dengan kaca ditutup masih dapat kemasukan abu rokok.
Ini sindiran yang ditulisnya dan ditujukan ke pengdara motor yang hobi merokok sambil berkendara.
"Terima kasih buat pengendara motor yg hobi ngerokok sambil bawa motor.
Bara api rokok lo bikin orang bahaya.
“Self reminder, mending pake helm full face + masker sekalian.
For others, keep safety dijalan, sebisa mungkin hindarin deket-deket sama org begitu (maksudnya, yang suka merokok sambil berkendara). Cheers.
FYI: Saya sudah pake helm half face + kaca ditutup, tetapi masih bisa kemasukan bara rokok," tulis Rendhy di akun facebooknya.
Kejadian ini tentu menjadi pengingat bagi pengguna jalan raya yang lain bahwa ada keselmatan orang lain yang perlu diperhatikan. Jangan hanya memikirkan diri sendiri saja. (bbp/tnc).

Minggu, 14 Mei 2017

Kisah Penjual Susu Kedelai Bertemu Presiden



Seorang penjual susu kedelai asal Sragen, Jawa Tengah, Sri Wahyuni (46) atau yang akrab disapa Sule, akhirnya menuntaskan nazarnya bertemu Presiden Joko Widodo setelah berjalan kaki dari Sragen ke Jakarta.
Sri Wahyuni bertemu Presiden Jokowi di ruang VVIP Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, sebelum presiden bertolak ke Beijing, Tiongkok, Sabtu (13/5/2017).
Total sudah 22 hari sejak keberangkatannya dari Sragen pada 21 April lalu hingga bisa bertemu Presiden Jokowi.
Kerap kali menginap di kantor polisi dalam perjalanan nazarnya, Sri Wahyuni mendatangi Gedung Sekretariat Negara untuk bisa menyampaikan surat berisi niatnya bertemu dengan Presiden Joko Widodo.
Aksinya berjalan kaki itu merupakan nazarnya jika Presiden Jokowi menang dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2014 lalu.
Dalam kesempatan pertemuan yang tak lebih dari lima menit tersebut, Sri Wahyuni memberikan hadiah berupa ayam jago kesayangannya beserta susu kedelai untuk Presiden Jokowi.
Sementara itu, Presiden Jokowi tidak banyak berkata-kata saat ditemui oleh Sri Wahyuni.
Presiden Jokowi lantas memberi tanda tangan pada barang-barang yang dibawa oleh Sri Wahyuni, di antaranya pada empat buah buku harian dan sebuah kaus, sesuai dengan permintaan Sri Wahyuni. (sumber: tribunenews.com)


Kisah Bocah Penderita Hidrosefalus yang Jadi Buruh Angkut



Wahyu Samudra (10), bocah laki-laki ini sedang berjuang melawan penyakit yang dideritanya. Ukuran kepalanya lebih besar dari ukuran kepala manusia normal akibat penyakit hidrosefalus.
Meski memiliki kelainan pada bagian kepalanya, Ia tetap berusaha keras agar dapat mengenyam pendidikan. Saat ini Wahyu menginjak kelas VI disalah satu Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Ia tercatat sebagai siswa berprestasi.
Wahyu berasal dari keluarga miskin yang tinggal di Jatibaru, Kecamatan Asakota, Kota Bima.
Orang tuanya tidak memiliki pendapatan yang cukup. Ibunya hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, sedangkan ayahnya berprofesi sebagai tukang ojek.
Di tengah kemiskinan, anak keempat dari enam bersaudara pasangan Kuswati dan Kusman itu terpaksa jadi buruh angkut di terminal.
Sepulang sekolah, Ia sering gunakan waktu untuk mengais rezeki di terminal dengan mengangkat barang-barang penumpang saat turun dari bus angkutan umum ketika sore hari. Dalam sehari dia bisa mengantongi mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 100.000.
“Biasanya dua kali angkat barang, yang berat itu dapatnya Rp 5.000. Kalau sehari dapatnya Rp 50.000, kadang Rp 80.000, tapi enggak nentu. Kemarin aja dapat Rp 100.000,” kata Wahyu saat ditemui di salah satu rumah warga, Sabtu (13/5/2017).
Dia mengaku, dari hasil yang didapatkan Ia bisa menabung untuk membeli sepatu dan membantu biaya hidup orangtuanya.
“Saya cari uang buat beli sepatu baru dan jajan di sekolah. Kalau dapat Rp 100.000, saya kasih mama Rp 50.000, bapak Rp 10.000, sisanya saya tabung,” tuturnya.
Wahyu memang tidak seperti anak lainnya. Sepulang sekolah dan menjadi buruh, dia tidal bermain atau keluyuran seperti teman sebayanya. Ia lebih banyak memanfaatkan waktu untuk belajar dan membantu orang tua.
“Kalau habis cari uang, saya istrahat di rumah. Kadang bantu pijat bapak. Kalau pulang ojek katanya capai. Saya pijitin sampai tidur. Setelah itu saya belajar,” kata dia.
“Alhamdulillah, saya sudah empat kali dapat juara satu,” tambahnya.
Bocah aktif ini mengaku bercita-cita ingin menjadi seorang pendidik. Dia memiliki keinginan agar kelak bisa mendidik anak-anak. “Saya ingin jadi guru agar bisa ajarin anak-anak,”ujar Wahyu.
Wahyu adalah satu dari sekian bocah yang divonis menderita hidrosefalus. Ia mengidap penyakit itu sejak usia kecil. Karena orangtuanya tak punya biaya berobat, Dia terpaksa dirawat dirumah. Lantaran tidak pernah mendapat perawatan medis menyebabkan ukuran kepalanya terus membesar, karena mengalami penumpukan cairan dalam kepala.
Seiring perkembangan usianya, Wahyu terus melawan rasa sakit tanpa penanganan dokter. Hampir setiap hari dia kerap kesakitan. Namun ia merasa masih ada secerca harapan untuk hidup sehingga memilih untuk tetap bersekolah.
“Di sekolah sering sakit, kejang-kejang. Itu hampir setiap hari. Tapi kemarin dikasih obat di rumah sakit, sekarang sudah sehat. Enggak kejang-kejang lagi,”sebutnya.
Bocah miskin ini rupanya mendapat perhatian dari Lembaga Kesejahteraan Sosial dan Anak (LKSA). LKSA pun  membawa Wahyu ke RS Sanglah Bali.
“Kita hanya melakukan pendampingan, sudah dua kali kita bawah ke rumah sakit. Semua biaya pengobatan kita minta bantuan dari pemerintah Kota,” ucap Muchtar ari LKSA.
Namun setelah dua bulan di rumah sakit Sanglah, sebut Muchtar, dokter tidak berani melakukan operasi karena dikhawatirkan terjadi  gangguan pada jaringan otak.
“Hasil analisa dokter, dia cukup diberikan obat-obatan anti kejang. Kalau dioperasi dikhawatirkan malah akan memperburuk keadaan,” tuturnya.
Menurut dia, kepala Wahyu dipastikan sudah tak lagi membesar. Bahkan Wahyu disebut sebagai anak hidorosefalus yang pintar oleh dokter tumbuh kembang anak di Denpasar.
“Kondisi kepalanya tidak akan membesar lagi. Dia sudah dijadikan iconsebagai salah satu anak hidrosefalus yang pintar di Indonesia,” katanya. (sumber: kompas.com)

Jumat, 12 Mei 2017

Kisah Diketemukannya Kamar Makam Putri Firaun



Satu ruang atau kamar makam untuk putri firaun yang diyakini berusia 3.700 tahun ditemukan di Mesir.
Kementerian Purbakala Mesir mengatakan ruang makam itu berada di kawasan pemakaman kuno kerajaan di Dashur, sekitar 37 km di selatan ibu kota Kairo.
Di dalamnya ada satu kotak kayu yang diukir dengan aksara kuno Mesir, hieroglyph.
Dan di dalam kotak kayu tersebut ada empat tabung kanopi yang berisi organ tubuh yang kemungkinan besar adalah putri Raja Emnikamaw.
Ada pun piramida untuk Raja Emnikamaw berada sekitar 600 meter dari makam putrinya.
Bulan lalu, para arkeolog yang menyelidiki reruntuhan piramida tersebut menemukan sebuah pahatan yang terdiri dari 10 baris aksara kuno Mesir dengan nama Emnikamaw.
Mereka juga berhasil menemukan sisa-sisa dari sebuah anthropoid sarcophagus atau makam batu berbentuk seperti tubuh manusia yang sedang berdiri yang bisa dibuka penutupnya.
Dahshur merupakan tempat Raja Sneferu dari Dinasti ke-4 pertama kalinya membangun piramida kuno Mesir dengan sisi-sisinya yang halus dan bukan dengan susunan seperti bertangga.
Dia juga membangun piramida yang lebih awal, yang disebut Piramida Bengkok, karena kemiringannya berubah dari 54 derajat menjadi 43 derajat di bagian tengahnya.
Sneferu diteruskan oleh putranya, Khufu, yang terkenal karena Piramida Besar di Giza dengan ketinggian mencapai 138 meter dan merupakan salah satu kejaiban dunia. (sumber: BBC Indonesia)