Kamis, 25 Mei 2017
Kisah Ayah Bripda Yogi, Korban Bom Kampung Melayu
Yuli Hari Utomo menjalani malamnya seperti biasa sebagai petugas imigrasi Depok, Jawa Barat, pada Rabu (24/5), ketika sebuah panggilan telepon masuk pada telepon genggamnya. Nama Yogi Aryo Yudistiro muncul pada teleponnya, anaknya yang baru berprofesi jadi polisi.
Yogi yang berusia 22 tahun masih menjabat sebagai Brigadir Dua (Bripda) di Polda Metro Jaya. Saat Hari menjawab telepon, yang terdengar hanya suara rintihan.
Salah seorang kawan Yogi langsung mengambil alih telepon dan bertanya, 'Bapaknya Yogi ya? Segera ke RS Premier di Kampung Melayu. Segera, Pak, karena Yogi kecelakaan'," ujar Hari menirukan suara di telepon.
"Saya segera tolong, Bapak merapat secepatnya, tolong minta kawal Polres Depok' tapi saya tidak juga meminta," ucapnya kemudian.
Meski putranya disebut kecelakaan, Hari punya firasat kuat telepon itu berhubungan dengan sebuah kejadian bom yang terjadi di Kampung Melayu. Sebelumnya Hari memang sempat mendengar dari rekan kerjanya bahwa ada ledakan bom bunuh diri di salah satu terminal teramai di Jakarta tersebut.
Hari mengatakan, pada sore hari Yogi sempat menghubunginya lewat pesan singkat untuk memberitahukan jika ia bertugas untuk pengamanan organisasi masyarakat yang hendak melakukan kirab di Kampung Melayu .
Kepanikan melanda Hari usai mendapatkan telepon itu. Hari mengaku, dirinya langsung melompati pagar yang membatasi Jalan Raya Margonda, Depok. Ia kemudian menaiki taksi, tapi sayang ketika sampai Tebet, Jakarta Selatan, dia harus berganti kendaraan dengan ojek.
Namun, ojek tidak membantunya sampai ke RS Premier. Hari pun meminta bantuan kepada polisi yang tengah bertugas untuk mengantar ke tempat anaknya dirawat.
Sekitar pukul 23.00 WIB, dirinya baru berhasil tiba di rumah sakit.
Saat ini, Hari hanya dapat menunggu kesembuhan anaknya itu. "Kondisi terakhir yang saya dapatkan dari dokter, mata sebelah kiri perkiraan tinggal 75 persen, kalau masih bagus dapat berfungsi penglihatannya," ujarnya.
"Kalau yang kanan sudah enggak tahu, karena ada tiga serpihan yang masuk ke korneanya. Kalau yang sebelah kiri sudah dijahit sekitar mata," tuturnya.
Yogi bukanlah satu-satunya korban ledakan tersebut. Diketahui, terdapat 15 korban lain yang menjadi korban jiwa dengan lima di antaranya meninggal dunia.
Di RS Premier, Yogi menjalani perawatan bersama tiga korban lainnya yakni, Agung Nugroho, Jihan Thalib dan Ferri Nurcahya.
Pesan untuk Teroris
Saat ditanya apa pesan darinya untuk teroris, tak kuasa Hari kembali terdiam beberapa saat dengan menarik napas panjang.
Wajahnya yang begitu lelah semakin muram kala mengingat kejadian yang menimpa anaknya.
"Teroris itu kalau mau membalas dendam atau melakukan tindak jangan sembarang di tempat umum, itu sangat tidak bertanggung jawab nanti korbannya orang-orang umum yang tidak berdosa," ucapnya.
"Contoh anak saya itu masih polos, walau umurnya 22 tahun, saya anggap masih kecil karena walau jadi polisi beli jajanan sama seperti adiknya yang SD, permen gulali, masih polos," tuturnya. (sumber: CNN Indonesia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar