Minggu, 17 Desember 2017

Kisah Viral Pria Meninggal Dalam Kereta Bawah Tanah



Penumpang dan saksi mata lainnya menyangka pria yang berusia 70 tahun yang duduk di kursi prioritas di kereta bawah tanah di Meksiko City ini tengah tertidur.
Melansir dari Viral 4 Real pada Minggu (17/12/2017), tak dinyana, ternyata pria lanjut usia ini sudah meninggal karena miokarditis fulminan.
Sebuah penyakit berupa peradangan yang terjadi pada miokardium dan menyebabkan gagal jantung akut.
Apabila pengidab miokarditis fulminan ini mendapatkan perawatan yang tepat, tentu bisa mengalami pemulihan dengan baik.

Pria ini ditemukan oleh staf kereta bawah tanah melakukan inspeksi pada tengah malam.

Mereka menemukan pria lanjut usia ini dan khawatir bahwa tidak ada penumpang lain yang membangunkannya.

Dan menjadi lebih khawatir lagi saat pria lanjut usia yang tidak disebutkan namanya ini tidak bisa dibangunkan.

Pihak berwenang pun langsung menghubungi paramedis yang langsung bergegas ke tempat kejadian.

Saat itu paramedis pun memastikan bahwa pria lanjut usia itu telah meninggal dunia.

Kejadian ini membuat netizen dan warga di Meksiko City menyayangkan penumpang-penumpang kereta lainnya yang dianggap apatis.
Penumpang-penumpang tersebut dianggap tidak peka dengan apa yang terjadi di depan mata atau sekitarnya.
Bahkan seorang pengguna media sosial juga menuliskan bahwa warga Meksiko City menjadi tidak manusiawi karena tidak ada menyadari ada sosok yang meninggal di dalam kereta.
Banyak netizen yang mempertanyakan kemanusiaan para penumpang tersebut.
Kejadian ini menuai banyak pro dan kontra.
Meski banyak yang mengecam, ada pula netizen yang menyebutkan bahwa para penumpang memang sengaja tidak mengganggu pria ini lantaran dikira tertidur selama perjalanan menuju ke tempat tujuannya. (sumber: tribunewow.com)

Selasa, 12 Desember 2017

Kisah Pengemis BerGadget

Pengguna Facebook bernama Mia Rezietha membagikan ceritanya ketika ia bertemu dengan seorang pengemis yang dianggapnya tidak miskin sama sekali lantaran si pengemis memegang gadget mewah di tangannya.
Pemandangan tersebut bukanlah pemandangan biasa karena pada umumnya, pengemis kekurangan uang bahkan untuk makan sehari-hari.

Tapi ibu satu ini berbeda, ia bahkan memiliki gadget yang nyatanya mampu dibelinya.
Berikut postingan lengkap yang ditulis Mia Rezietha pada 7 Desember lalu.

Postingan Mia Rezietha
Postingan Mia Rezietha (Facebook)

""Pengemis Jaman Now"

Kayaknya itu judul yang pas buat postingan ini.
Lokasi: Situbondo, sekitaran terminal
Kalau jaman dulu (waktu q masih kecil), pengemis itu bener2 orang yg g mampu utk bekerja lagi, entah itu udah tua atau disabilitas. Dan kuantitasnya sangat sedikit.
Kebalikannya, jaman now, gampang banget nemuin peminta-minta. Bahkan yg badannya masih seger buger, masih muda, dan masih kuat bekerja, malah memilih buat jadi pengemis.
Ada ceramah yg pernah q denger, "gak usah dipikirin siapa yg meminta. Ketika ia meminta kepadamu, dan kau punya, maka berikan"
Tapi kalau kayak gini, tiap peminta2 (yg masih mampu bekerja) dikasih uang, lama2 orang akan malas utk bekerja.
Apalagi kalau kena generasi micin, bisa2 mereka lebih memilih pekerjaan sebagai pengemis dibanding cari kerja yg lebih layak dan pantas.
Bahkan kalau warga Malang, coba deh tiap hari jumat ke masjid sabililah belimbing, disitu ada 1 keluarga yg jadi pengemis. Mereka bawa anak2 mereka dan diajari jadi pengemis.
Q pernah sekali liat, salah satu dari mereka turun dari angkot, kemudian mengganti pakaian layak mereka jadi pakaian untuk mengemis, dan bergabung dgn para pengemis lainnya.
Jadi, menurutku, lebih baik bersedekah di masjid / lembaga sedekah lainnya.. Biar lebih tepat pemanfaatannya."
Postingan Mia Rezietha
Postingan Mia Rezietha (Facebook)
Melalui postingannya, Mia menyarankan netizen untuk bersedekah di masjid atau lembaga sedekah saja agar lebih tepat pemanfaatannya.

Postingan Mia Rezietha
Postingan Mia Rezietha (Facebook)

Melihat postingan tersebut, netizen lain kemudian ikut membagikan pengalamannya bertemu pengemis yang "kaya."
"baru android...suamiq pernah liat ada pengemis yg di antar jemput pkek mobil avanza...," tulis akun Silvina Devi.
"D terminal situbondo situ juga ad dlu ank perempuan kecil selalu maksa kl minta2,, d ksh makanan g mau,, mintanya duit d ksh duit kl cm ratusan di buang..," tulis Aura Merdika.
Lidya Rodo Perna menambahkan, "jg ada pengemis dtg ke toko tmpt krjaku.. mnta2 pake bhs isyarat..belagak ky org gila.... dsitu aku ks minuman krn bos blm ada aq yg bayarin. Esok harinya aku naik angkot eehh ktmu sm si ibu yg dtg ngemis itu..1 angkot .. itu ibu dluan turun tnjuk almt rumahx... waww rumahx bagus. Mgkin dy tdk prhtkn mukaku.. disitu sy merasa lucu"
Di sisi lain, ada pula netizen yang berusaha berpikiran positif, seperti komentar Rif'an As yang menulis "Astofirlloh...mungkin dia sdh cri krja kmn-mna tp g dapet...dan mungkin itu hp beli ke org yg lg btuh uang....seandainya dia ada pkrjaan yg lbh baik mngkn dia gk mau sprti itu.....jngn nilai org dr sdut pndang km aja...."
Bagaimana menurut Anda?
(bpp/tnc)

Selasa, 28 November 2017

Kisah Jenasah Utuh Dikubur 12 Tahun



Seorang wanita bernama Amina Jasmine, telah membagikan kisah ibunya yang sarat dengan sifat yang patut ditauladani. Kisah ini ia bagikan usai memindahkan jasad ibunya yang masih utuh, padahal sudah terkubur selama 12 tahun lamanya.

Bahkan ia juga heran, karena kain kafannya tidak rusak sedikit pun. Bantal dan talinya pun masih utuh. Dan ia menyaksikan langsung proses pemindahan kuburan ibunya tersebut.

Amina menuturkan, jika ibunya adalah seorang wanita yang lembut. Tidak suka membicarakan orang lain, bahkan menghina. Air matanya mudah sekali keluar. Dan ia menyebutkan jika hati ibunya bagaikan tisu yang mudah robek.

Namun setiap ada orang yang tidak menyukainya, ia akan membalas dengan senyuman. Ditambah ia memiliki pendamping yang sangat sabar.

Dan siapa sangka, di tengah padatnya Tanah Kuburan Bukit Alip, keluarga memindahkan jasadnya untuk bisa berdampingan dengan suaminya.

Amina beruntung mendapatkan pelajaran berharga, usai melihat jasad ibunya yang masih utuh. (bpp/viva)

Minggu, 05 November 2017

Kisah Macan Tutul dan Buaya




Macan tutul mangsa buaya.
Hidup di alam liar bukan hal yang mudah, terutama bagi makhluk hidup yang soliter atau hidup menyendiri. Mereka harus bisa mencari makan di tengah banyaknya ancaman, baik dari pemangsa bahkan dari mangsanya.

Bahkan setiap pemangsa tingkat atas bisa jadi mangsa binatang lainnya. Seperti buaya, tidak selamanya mereka aman dari hewan lainnya salah satunya macan tutul. Buaya juga bisa jadi mangsa yang potensial bagi mereka.

Salah satunya diperlihatkan dalam video yang satu ini, di mana buaya dua meter dihabisi oleh macan tutul. Video menakjubkan tersebut pun membuat banyak orang kagum sekaligus ngeri, melihat kehebatan macan tutul ini.

Video yang direkam di Taman Nasional Luangwa Selatan di Zambia ini, cukup langka dan jarang terjadi.


Beruntung, seorang fotografer Inggris Edward Selfe menangkap momen ini di saat yang tepat.  Selfe sendiri adalah seorang expat, yang berasal dari Dorset. Ia telah tinggal di Zambia selama 10 tahun terakhir.

"Sangat jarang melihat macan tutul berhasil membunuh seekor buaya. Saya yakin ini gambar paling jelas dan paling ilustratif yang tercatat," ucap Selfe dikutip dari Daily Mail.

Meskipun macan tutul telah difoto di Amerika Selatan dan India menangkap spesies buaya kecil. Selfe sendiri bekerja sebagai seorang pemandu safari dan fotografi berpengalaman. Dan ia mengatakan, bahwa kejadian ini jarang terjadi di Afrika. 

"Ini adalah seekor macan tutul muda yang kita kenal dari daerah itu. Ia memiliki wilayah yang luas namun, seperti banyak macan tutul lainnya, ia memiliki area inti dimana ia merasa paling nyaman dan sering ditemukan," tambahnya.

Selfe mengatakan bahwa serangan tersebut kemungkinan besar bersifat oportunis, dan bukan direncanakan sebelumnya. Dia menambahkan bahwa macan tutul biasanya tidak akan menyerang buaya, karena takut menjadi mangsa. 

"Macan tutul tercatat memakan lebih dari 90 spesies hewan yang berbeda, jadi makanan mereka selalu diketahui bervariasi," ungkapnya. (sumber:viva.co.id)


Kamis, 02 November 2017

Kisah Saiwang dan Kudanya





Pada suatu hari hidup seorang lelaki tua yang tinggal di dekat daerah perbatasan di barat laut China. Orang tua itu dikenal dengan nama Saiweng (artinya orang tua di perbatasan). Pada suatu kali salah satu kuda anaknya tersesat di wilayah utara perbatasan. Putranya menjadi kecewa sekali karena walaupun telah berupaya keras ia gagal untuk menemukan binatang tersebut. Para tetangga datang untuk menghiburnya dan memintanya untuk melupakan kejadian itu.
Saiweng menjawab ucapan tetangganya dengan berkata, "Hilangnya kuda tersebut belum tentu sesuatu yang buruk."
Para tetangga tersebut tidak terlalu memperhatikan ucapannya. Mereka berpikir lagipula lelaki itu sudah tua dan mereka pun pergi meninggalkannya.
Beberapa bulan kemudian, kuda yang hilang itu kembali. Anehnya lagi, kuda yang tadinya hilang itu malah kini membawa seekor kuda lain yang lebih kuat. Orang-orang datang untuk memberi ucapan selamat kepada Saiweng, dan memujinya atas ramalannya.
Namun mereka heran karena ternyata Saiweng tidak begitu terlihat senang kudanya telah kembali. Ia malah berkata dengan dingin, "Mendapat kuda dengan cuma-cuma bisa saja membawa masalah."
Pernyataan Saiweng ini membuat para tetangganya bingung.
Namun ternyata ia benar. Putranya senang sekali dengan kuda tersebut dan sering sekali menungganginya. Pada suatu hari ia terjatuh dari kuda tersebut sehingga membuatnya lumpuh. Para tetangga memperlihatkan rasa simpatinya kepada Saiweng dan putranya, tetapi Saiweng malah membuat pernyataan yang mengejutkan. "Kaki yang patah tidak selalu berarti buruk."
Beberapa lama kemudian, semua pemuda di desa tersebut diharuskan mendaftar untuk turut wajib militer dan sebagian besar dari mereka terbunuh di medan perang. Putra Saiweng yang terluka di kakinya terbebas dari wajib militer sehingga nyawanya bisa terselamatkan.
Ini cerita tentang pepatah yang terkenal yang berbunyi, "Ketika Saiweng kehilangan kudanya, siapa yang menyangka bahwa ternyata ada hikmah di baliknya?"

Kamis, 26 Oktober 2017

Kisah Andre Terkena Kanker Lidah




Kisah Andre Kurnia Farid yang meninggal akibat kanker lidah bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Menurut posting istrinya, Rezy Selvia Dewi, di Facebook, Andrea meninggal hanya dalam waktu 1 tahun setelah kanker terdeteksi.
Diuraikan di situs WebMD, kanker lidah bisa dibagi dua menurut lokasinya. Kanker lidah oral adalah yang berkembang di bagian lidah di mulut. Sementara, kanker lidah dasar berkembang di pangkal lidah, berdekatan dengan tenggorokan.
Oral Cancer Foundation menyatakan, kanker lidah kerap "menipu". Pada perkembangan awal, kanker akan tampil sebagai bercak putih atau luka mirip sariawan sehingga orang cenderung mengabaikan. Kerap terjadi, kanker baru terdeteksi pada stadium 4, seperti yang dialami Andre.
Jika mendapati adanya bagian mulut yang terluka, maka hitung lama waktu luka itu. Bila luka atau bercak tak sembuh dalam hitungan minggu atau mengalami perubahan suara dan rasa sakit saat menelan, ke dokterlah. Ada kemungkinan itu gejala awal kanker.
Kanker pada pangkal lidah lebih sulit dideteksi karena tak langsung tampak walaupun kadang menunjukkan gejala seperti pendarahan dan sakit tenggorokan yang berkepanjangan. Cara terbaik agar cepat mengetahuinya adalah mengunjungi dokter gigi dan kesehatan mulut secara rutin.
Sebab utama kanker lidah belum diketahui secara pasti. Namun, pemicunya bisa kebiasaan-kebiasaan kecil yang tidak sehat seperti kurang memelihara gigi dan mulut, merokok, serta mengonsumsi alkohol dalam jumlah berlebih.
Penyakit menular seksual seperti sipilis juga bisa memicu kanker lidah. Ini karena sipilis biasanya akan mengakibatkan luka. Sel-sel di bagian luka berkepanjangan bisa bermutasi dan bersifat kanker, tumbuh tak terkendali.
Para peneliti kini juga menghubungkan kanker lidah dengan human papiloma virus (HPV). Virus itu bisa menginfeksi jaringan skuamosa apapun, dari vagina hingga mulut. Ilmuwan menyatakan, jenis HPV yang jadi sebab musabab kanker lidah dan mulut adalah HPV16.
Karena HPV menjadi salah satu penyebab, maka vaksin HPV bisa jadi alternatif untuk meminimalkan risiko kanker lidah. Selain itu, karena HPV juga ditularkan lewat hubungan seksual, maka kita perlu melakukan seks yang sehat, baik oral maupun penetrasi vagina.
Bila mencurigai diri terkena kanker lidah, maka kunjungilah ahli onkologi. Dokter biasanya akan melakukan CT Scan atau X-Ray untuk mendeteksi kanker. Diagnosis lainnya adalah biopsi, pengambilan sampel jaringan dari bagian yang diduga terkena kanker.
Oral Cancer Research menyatakan bahwa kanker lidah merupakan "penyakit gaya hidup". Jadi, kejadiannya bisa ditekan dengan mengupayakan gaya hidup sehat. Ada lima hal yang perlu jadi perhatian utama kita bila tak ingin terkena kanker lidah.
1. Berhubungan seks dengan sehat. 
2. Dapatkan vaksin HPV
3. Jangan merokok
4. Hindari minum alkohol.
5. Jaga kesehatan gigi dan mulut (bpp/kpc)

Kisah Putri Tidur dari Banjarmasin



Siti Raisa Miranda (13) alias Echa telah menjadi seperti Putri Aurora dalam kisah Sleeping Beauty produksi Walt Disney. Perbedaannya hanya periode tidur Echa saja yang masih dalam hitungan hari, tak selama Aurora yang tidur hingga 100 tahun.
Meski demikian, Echa merupakan fenomena. Seperti diberitakan Kompas.com, Selasa (24/10/2017), remaja yang bersekolah di SMPN 15 Banjarmasin, Kalimantan Selatan, itu baru-baru ini dikabarkan tidur selama 13 hari berturut-turut.
Itu bukan kali pertama. Sebelumnya, ia pernah tidur selama 7 hari dan kemudian 8 hari. "Kalau kambuhnya sudah kedelapan (kali). Kalau tidurnua (lama) yang ketiga,” kata Mulyadi, ayah Echa, yang menduga bahwa anaknya mengalami sindrom putri tidur atau Klein Levine.
Ahli saraf dan peneliti tidur Dr Rimawati Tedjakusuma SpS RPSGT mengatakan, kemungkinan besar yang dialami Echa memang sindrom Klein Levine. Dalam kurun waktu 1967 hingga 2004, hanya menimpa 186 orang di dunia. Umumnya dialami perempuan.
Gejala paling terlihat dari orang dengan sindrom Klein Levine yang waktu tidurnya sangat lama. Periode tidur bisa berlangsung selama hampir sebulan. Penderita bisa bangun tiba-tiba untuk makan dan ekskresi namun akan tidur lagi. Di akhir masa tidur, lumrah terjadi insomia dalam waktu singkat.
Gejala yang dialami Echa memang menyerupai sindrom Klein Levine. Dia pernah tidur selama hampir 2 minggu, bangun untuk sekadar makan dan buang air, serta pernah mengalami insomnia ekstrem, tidak tidur selama 3 hari berturut-turut.
Gejala lain dari Kleine Levin lebih tak disadari orang sekitar. Santosh Ramdurg dalam publikasinya di Annual Indian Academy of Neurology pada 2010 menjelaskan, pendeirta Klein Levine bisa mengalami gangguan kognitif, hasrat seksual yang berlebihan, halusinasi, dan gangguan mood.
Meski kemungkinan besar merupakan Kleine Levin, tak menutup kemungkinan Echa mengalami hal berbeda. "Bisa saja ada sesuatu di otaknya. Bisa juga misalnya ada tumor otak yang letaknya di area yang mengatur tidur," jelasnya ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (25/10/2017).
Rima mengatakan, orang yang mengalami depresi juga bisa tidur lama. Namun biasanya tak selama orang yang mengalami Kleine Levin. Dengan demikian, kemungkinan yang dialami Echa adalah depresi ekstrem bisa dihapus dari daftar dugaan.
Bagaimana Memastikannya?
Untuk memastikan apa yang sedang dialami Echa, Rima mengatakan perlu dilakukan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan CT Scan. Tujuannya adalah memastikan ada tidaknya kelainan seperti tumor di otak. "Kalau Kleine-Levin Syndrome ketika di-MRI (Magnetic Resonance Imaging) bersih otaknya.
Mulyadi, ayah Echa, mengaku sudah membawa putrinya ke rumah sakit untuk di CT Scan. Dua kali melakukannya, Mulyadi mengaku bahwa hasil pemindaian anaknya baik-baik saja. Meski demikian, pemindaian dengan cara lain seperti MRI bisa diupayakan lagi untuk memastikan.
Upaya memastikan seseorang mengalami Kleine Levin, harus dilakukan dengan investigasi pengalaman. Tidak ada langkah klinis seperti tes darah, hormon, ataupun genetik untuk memastikannya. Pemeriksaan seperti MRI dan EEG (Electroencephalogram) hanya bertujuan menghapus kemungkinan lain.
Rimawati mengatakan, "Kemungkinan besar penyebab Kleine Levin genetik, tapi kita juga belum tahu gen apa yang menyebabkan." Karena itulah, pemeriksaan genetik juga tidak bisa memastikan seseorang mengalami Kleine Levin.
Menurut International Classification of Sleep Disorders, seseorang dikatakan mengalami Kleine Levin bila mengalami tidur 2-4 minggu, kambuh beberapa kali, dengan periode antar kambuh antara bulan hingga tahun, dan diagnosanya tidak bisa diterangkan dengan penyakit saraf lain.
Selain itu, untuk bisa dikatakan Kleine Levin, hipersomnia atau tidur berlebihan juga harus disertai satu diantara empat gejala, yaitu gangguan mood dan kognisi, megaphagia atau makan berlebihan, hasrat seksual yang berlebihan, serta ekspresi tak normal seperti agresif dan sensitif berlebihan.
Dalam kasus Echa, gejala selain tiodur berlebihan belum diungkapkan. Sementara, Rima menambahkan, kecelakaan disertai luka di kepala yang dialami Echa belum bisa dikatakan sebagai pemicu tidur berlebihan yang dialaminya. Rima juga mengatakan, tak ada hubungannya trauma kepala dengan Kleine Levin.
Apa yang Harus Dilakukan pada Echa?
Yang jelas, pemeriksaan dahulu. Jika memang yang dialami Echa memang Kleine Levin, sayangnya, tak banyak yang bisa dilakukan untuk membantunya. Hingga saat ini, belum ada obat-obatan yang bisa dipastikan akan membantunya tidur normal.
"Kita bisa pakai obat-obat stimulan. Misalnya obat-obat untuk attention ADHD. Harusnya sih ada stimulan yang lebih aman, yaitu modafinil. Sayangnya obat itu belum masuk ke Indonesia," kata Rimawati yang praktek di Rumah Sakit Medistra.
Sejumlah obat sebenarnya telah diujicobakan. Amphetamine misalnya. Namun, tingkat keberhasilannya hanya 71 persen. Itu pun tak membantu tidur, hanya membantu menenangkan mood. Obat lain adalah Lithium yang punya tingkat keberhasilan lebih rendah, cuma 41 persen.
Selain dengan obat, Rimawati mengatakan bahwa yang terpenting adalah sikap keluarga, sekolah, serta masyarakat. "Perlu ada kesadaran bahwa ini memang penyakit, bukan karena si anak ini malas," ungkap Rimawati.
Yang sedikit melegakan, Kleine Levin bisa reda pada usia 20-30 tahun. "Makin dewasa biasanya episodenya (tidur) lebih jarang," sambung Rimawati. Jika memang menderita itu, maka ada harapan Echa bisa hidup normal di kemudian hari. (sumber:kompas.com)

Rabu, 18 Oktober 2017

Kisah Mata Mata Mata Hari yang Pernah Tinggal di Indonesia




SEBUAH kendaraan abu-abu milik militer Perancis bertolak dari penjara Saint-Lazare di Paris pada waktu pagi, 15 Oktober 1917.
Di dalamnya, selain dua biarawati dan pengacara, terdapat seorang perempuan Belanda berusia 41 tahun yang mengenakan jubah panjang dan topi lebar.
Satu dekade sebelumnya, perempuan ini bersentuhan dengan orang-orang penting di berbagai ibu kota negara di Eropa.
Berkat keterampilannya dalam menari, “perempuan maut”  ini mampu menggaet beragam kekasih, termasuk menteri, pebisnis kaya, dan jenderal.
Dunianya berubah ketika Eropa dilanda Perang Dunia I. Dia mengira dirinya bisa bertahan di Eropa dengan mengandalkan karisma. Namun, para pria berkuasa menginginkan sesuatu darinya yang lebih dari sekadar hubungan seks. Mereka menghendaki informasi.
Dan itu berarti spionase, mata-mata.
Perempuan tersebut adalah Mata Hari. Kereta yang bertolak dari penjara Saint-Lazare pada 15 Oktober 1917 membawanya kepada regu tembak. Ajal menantinya.
Kejahatannya antara lain menjadi agen mata-mata Jerman serta mengorek rahasia dari para perwira Sekutu yang menidurinya dan meneruskan informasi itu ke bosnya.
Tuduhan itu menuntun sejumlah surat kabar untuk berkesimpulan bahwa dia bertanggung jawab atas pengiriman ribuan serdadu Sekutu menuju kematian.
Akan tetapi, bukti-bukti yang diperlihatkan saat pengadilan, ditambah beberapa dokumen lainnya, menunjukkan bahwa dia sejatinya agen ganda dan kemungkinan mati sebagai kambing hitam.
Titik terang
Kini, 100 tahun setelah kematian Mata Hari, muncul sebuah titik terang yang dapat menjelaskan keterlibatan perempuan tersebut dalam Perang Dunia (PD) I.
Titik terang itu datang dalam wujud berbagai dokumen yang dirilis Kementerian Pertahanan Perancis, termasuk transkrip interogasi Mata Hari oleh dinas antispionase Perancis pada 1917.
Ada pula surat-surat telegram yang dikirimkan atase militer Jerman di Madrid ke Berlin yang berujung pada penangkapan Mata Hari di sebuah hotel di Champs-Elysees, Paris.
 Belakangan surat-surat tersebut menjadi bukti kunci dalam persidangannya.
Beberapa dokumen itu kini dipamerkan di museum Fries, Leeuwarden, Belanda—kampung halaman Mata Hari.
Lahir dengan nama Margarethe Zelle pada 1876, Mata Hari mengalami kehidupan luar biasa sekaligus tragis.
Setelah menikah dengan perwira Belanda keturunan Skotlandia, Kapten Rudolf Macleod, Zelle hijrah ke Malang, Jawa Timur, pada 1897 yang saat itu masih menjadi daerah kekuasaan Hindia Belanda.

Pernikahan itu tak berjalan langgeng dan berakhir dengan perceraian.
Selanjutnya dia bertolak ke Paris dan menamai dirinya dengan sebutan Mata Hari sebagai nama panggung untuk pertunjukan menari bergaya erotis.
"Kalaupun dia tidak menjadi mata-mata, Mata Hari akan dikenang sampai sekarang atas apa yang dia lakukan di kota-kota besar Eropa pada bagian awal abad lalu," kata Hans Groeneweg, kurator museum Fries.
"Sedikit banyak dia menciptakan striptis sebagai bentuk tarian. Kami memamerkan bukti-bukti pertunjukannya dan ada tumpukan kliping surat kabar beserta foto-foto. Saat itu dia merupakan selebritis sosialita," tambah Groeneweg.
Namun, sedihnya, cerita mengenai Mata Hari didominasi oleh kiprahnya dalam dunia mata-mata. Selama betahun-tahun banyak sejarawan membelanya.
Beberapa di antara mereka menilai dia dikorbankan karena Prancis memerlukan mata-mata untuk menjelaskan ke publik tentang kegagalan dalam perang.
Bagi kaum feminis, Mata Hari menjadi kambing hitam yang sempurna karena “moralnya yang buruk” akan membuat dirinya mudah dicap sebagai musuh Perancis.
Mata Hari hanyalah korban?
Mata Hari diketahui kembali ke Prancis melalui Spanyol pada 1916 setelah singgah sebentar di London untuk diinterogasi dinas intelijen Inggris, MI6.
Di Madrid, dia menjalin kontak dengan Arnold von Kalle, atase militer Jerman.
Belakangan Mata Hari mengaku aksinya ini ditempuh untuk memenuhi janjinya kepada intelijen Perancis, bahwa dia akan menggunakan jaringan perwira Jerman yang dia kenal sebelum perang demi membantu Sekutu.
Namun, telegram yang dikirim Kalle ke atasannya di Berlin yang membongkar identitas agen H21 alias Mata Hari.
Dalam surat telegram itu, Kalle membeberkan alamat rumah, rekening bank, hingga nama pembantu setianya. Siapapun yang membacanya tak akan ragu bahwa agen H21 adalah Mata Hari.
Terjemahan resmi surat telegram, yang dihadang oleh dinas intelijen Perancis itu kini dapat disaksikan publik di Museum Fries, Leeuwarden, Belanda.
Bagaimanapun, justru hal inilah yang membuat kalangan sejarawan sangsi pada tudingan terhadap Mata Hari.
Intelijen Perancis, menurut beberapa sejarawan, sejak lama mampu memecahkan bahasa kode di dalam tulisan surat telegram tersebut. Jerman pun tahu intelijen Perancis sudah bisa memecahkannya. Toh, Kalle tetap mengirimkannya ke Berlin.
Dengan kata lain, Kalle ingin intelijen Prancis membacanya.
Jadi, asumsi ini berpendapat bahwa Jermanlah yang menuntun Perancis untuk menangkap dan mengeksekusi agennya sendiri.
Asumsi lain menilai Perancis yang menciptakan dokumen itu untuk mengambinghitamkan Mata Hari dan memuaskan publik.
Pasalnya, mengapa hanya ada terjemahan resmi? Di mana telegram aslinya?
Kedua teori itu sama-sama berpandangan bahwa Mata Hari hanyalah korban, sedangkan Jerman atau Prancis ingin agar dia dilenyapkan.
Rincian interogasi
Selama bertahun-tahun, rincian interogasi Mata Hari oleh jaksa Pierre Bouchardon tidak bisa diakses para sejarawan.
Namun, berkat dokumen yang dirilis Kementerian Pertahanan Perancis, asumsi mengenai Mata Hari bisa dipatahkan.
Berdasarkan transkrip interogasi pada Juni 1917, Margarethe Zelle memutuskan untuk mengakui perbuatannya.
Kepada Bouchardon, dia mengaku telah direkrut Jerman sebagai mata-mata pada 1915 di Den Haag, Belanda.
Keputusannya itu dilatarbelakangi keputusasaan untuk bisa kembali ke Paris pada awal perang.
Karl Kroemer, konsul Jerman di Amsterdam, menyanggupi mengirimnya ke Paris, asalkan dia bisa menyediakan informasi secara berkala. Sejak saat itulah Agen H21 diciptakan.
Mata Hari berkeras bahwa dirinya hanya ingin mengambil uang yang ditawarkan kemudian lari.
Dia mengklaim bahwa kesetiaannya ada pada Sekutu, sebagaimana dia tunjukkan saat berjanji membantu intelijen Perancis.
Pengakuan tersebut malah membawanya ke Chateau de Vincennes di pinggiran timur Kota Paris. Mata Hari dituntun ke sebuah tiang di tanah lapang dengan satu tangan terikat.
Sebanyak 12 serdadu mengarahkan senjata api mereka ke tubuhnya.
Beberapa laporan menyebut bahwa dia menolak matanya ditutup. Dia sempat melambaikan tangan ke pengacaranya.
Sesaat kemudian suara letupan senapan terdengar dan Mata Hari jatuh terpuruk dengan lutut menghujam tanah.
Seorang perwira mendekati sambil menenteng pistol dan menembaknya sekali di bagian kepala.
Sesudah eksekusi, tiada seorang pun yang mengambil jasad Mata Hari.
Karenanya, jenazah perempuan tersebut dibawa ke fakultas kedokteran di Paris untuk digunakan sebagai bahan mata kuliah pembedahan.
Kepalanya kemudian diawetkan di Museum Anatomi. Namun, ketika dilakukan inventaris 20 tahun lalu, ternyata organ tubuh itu telah menghilang. (sumber:kompas.com/BBC Indonesia)

Sabtu, 14 Oktober 2017

Kisah Seorang Pengemudi Marah Marah, Nggak Tahunya yang Dimarahi Polisi




Seperti yang terjadi dalam postingan seorang netizen pengguna akun jejaring sosial Facebook, Ngurah Adi.
Dalam postingan pada 7 Oktober 2017 itu, Ngurah Adi mengisahkan peristiwa yang diketahui terjadi di Bali.
Tepatnya, peristiwa itu terjadi di Jalan Kuta mau ke Beachwalk, Bali.
Seorang pria pengemudi mobil marah-marah ditegur pesepedamotor saat asyik bermain ponsel saat menyetir.
Maklum, ulah pengemudi mobil jenis Avanza berwarna putih tersebit membuat kemacetan arus lalu lintas.
Ketika ditegur, si pengemudi langsung berhenti di tengah jalan dan memanggil pesepeda motor yang menegurnya.
Sempat marah kepada penegurnya, si pengemudi mobil langsung berkata kasar dan menantang yang bersangkutan.
Tapi, si pengendara mobil syok ketika penegur bersepeda motor itu membuka jas hujan yang dikenakannya.
Siapa sangka, dia adalah seorang personel kepolisian, seragam dinasnya tersembunyi di balik jaket.
Berikut postingan lengkap Ngurah Adi:
Jadi ceritanya begini : mobil Avanza putih yang di kendarai bapak (baju hitam)tengah bermain HP sedang menyetir dan di tegur polisi untuk jalan karena membuat kemacetan.
Pada saat ditegur, dia berhenti di tengah jalan dan memanggil bapak polisi itu.
Awalnya, bapak baju hitam tersebut tidak tahu bahwa yang menegur itu bapak polisi karena bapak itu menggunakan jas hujan.
Dan ketika dia berhenti di tengah jalan, dia memanggil pak polisi itu dan pak polisi itu balik arah utk mencari dia.
Nah bapak baju hitam sudah masang muka marah dan dengan hebatnya berhenti di tengah jalan untuk berbicara agak kasar dengan bertanya, “Maumu apa ????” Seakan tidak terima.
Dan ketika buka jas hujannya dia kaget karena yang ditanya adalah seorang polisi.
Saya sangat kecewa dengan bpk baju hitam tersebut.
Karena polisi itu benar bahwa tidak boleh bermain HP saat sedang mengemudi itu.
Dan, saya salut dengan bapak polisi tersebut.
Karena di saat hujan, dia msh bisa tugas dan menyempatkan waktu untuk berhadapan dengan bapak baju hitam tersebut.
Saran saya kita di sini semua wajib bayar pajak kenapa tidak biarkan saja polisi itu hanya menegur.
Saya kira tidak perlu untuk sampai mencari orang tersebut.
Jalan itu milik masyarakat, aparat, dan lain-lain.
Mari kita ramah di jalan dan dimanapun kita berada
Kejadian ini di Jalan Kuta mau ke Beachwalk Bali.
Hingga berita ini disusun, postingan Ngurah Adi menghimpun 6.375 komentar dan dibagikan 10.012 netizen.
Berikut video yang diunggah Ngurah Adi:
(bpp/tnc)

Kamis, 28 September 2017

Kisah Pria Ini Viral: Dulu Dibuang Orangtua di Jalanan, Kini Jadi Miliuner




Kisah pria kaya raya dari Filipina ini telah tersebar viral karena masa kecilnya yang menyedihkan. 
Fernando Kuehnel ingat bagaimana orang tuanya meninggalkan dia dan saudara laki-lakinya karena alasan yang tak ia ketahui - tapi itu baru permulaan ceritanya.
Pada tahun 1974, ketika dia berusia 8 tahun, ibu Kuehnel meninggalkan dia dan adik laki-lakinya di jalanan Kota Quezon di Filipina.
Dia menulis bahwa dia "merasa seperti popok sekali pakai, dibuang setelah kotor dipakai."
"Mereka menemukan kami di jalan, kami bertiga. Mereka membawa kami ke panti asuhan. Saya ingat membawa tas pasangan itu, kami menangis, "katanya.
Kemudian, tinggal di panti asuhan kedua, Nayong Kabataan, juga tidak mudah.
Dia dan saudara-saudaranya diintimidasi.
"Mereka melakukan hal-hal seperti itu, mereka menaruh cabai di mata saat Anda bangun, atau bibir atau organ tubuh Anda," katanya.
Dia dan saudara laki-lakinya hampir menyerah pada kehidupan setelah mereka ditinggalkan di panti asuhan.
Mereka mencoba menghubungi ibu mereka, yang sekarang memiliki keluarga baru, tapi mereka ditolak dan diusir pergi.
Pada usia sangat muda 10 tahun, Fernando mulai mengumpulkan dan menjual sampah bersama saudara kandungnya, sambil makan dari tempat sampah hanya untuk bertahan hidup.
Itu sampai berita adopsi datang, dan mereka dipilih untuk dibawa ke Wisconsin.
"Jadi, mereka akan diadopsi, hanya mereka berdua, dan kemudian satu anak dari panti asuhan mencari saya, dia berkata: Saudara laki-laki Anda akan pergi dan diadopsi, jadi lebih baik kembali, jadi saya pergi kembali ... aku tidak bodoh kan? Saya kembali, " katanya.
Tapi sama seperti orang tua pertama mereka, orang tua kedua mereka memutuskan untuk mengembalikan mereka ke panti asuhan.
Mereka ditinggalkan untuk kedua kalinya.
Sampai kemudian pasangan Kuehnels datang dan mengadopsi mereka. Di titik inilah hidup mereka berubah.
Oleh orangtua angkatnya, Fernando naik bis selama satu jam hanya untuk mengikuti kelas ESL (Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua) di Greenbay, Wisconsin untuk belajar bahasa Inggris.
Dia lulus dengan gelar sarjana keperawatan dan predikat summa cum laude dalam administrasi bisnis di bidang kesehatan.
Saat ini, ia adalah ilmuwan klinis raksasa farmasi Novartis. 
Mobilnya adalah Porsche terbaru.
Fernando menulis tentang perjalanan hidupnya dari panti asuhan menuju impian ala Amerika, dalam sebuah buku berjudul "Orangtua Ketiga Saya".
 "Anda harus menentukan apa kesuksesan yang cocok untuk  Anda. Tidak harus jutaan dolar. Saya beritahu anak-anak saya, tidak ada masalah yang tidak bisa dipecahkan. Anda hanya tidak akan menyukai solusinya, tapi masalahnya bisa dipecahkan. Ingatlah ini, Anda harus bekerja keras, " nasihatnya.(sumber: tribunenews,com)

Jumat, 22 September 2017




Kantor Kejaksaan Swis di Geneva turun tangan untuk menyelidiki mengapa sejumlah lembaran uang kertas euro yang setara dengan uang ratusan juta rupiah menyumbat pipa toilet.
Lembaran uang pecahan 500 euro atau sekitar Rp 8 juta pertama kali ditemukan beberapa bulan lalu di sebuah toilet kantor cabang Bank UBS.
Letak toilet itu berada di dekat ruangan brankas yang menyimpan ratusan kotak penyimpanan barang berharga.
Beberapa hari kemudian, sebagaimana dilaporkan Tribune de Geneve, lembaran-lembaran serupa ditemukan menyumbat toilet di tiga restoran dekat bank tersebut.
Untuk membuka sumbatan, tukang sedot WC dipanggil dan biayanya mencapai ribuan franc Swiss.
Secara keseluruhan, Polisi Swis menemukan puluhan ribu euro yang sebagian besar di antaranya dalam keadaan seperti telah dipotong dengan gunting.
Merusak uang bukanlah pelanggaran di Swiss, namun kantor kejaksaan menegaskan mereka tengah mencari penyebab uang-uang itu berada saluran toilet, dan dalam keadaan telah dipotong.
"Kami sedang mencoba mencari tahu dari mana uang-uang ini berasal dan apakah tindak kejahatan telah dilakukan."
Demikian dikatakan Vincent Derouand dari Kantor Kejaksaan Geneva kepada BBC.
"Jelas, kasus ini sangat mengejutkan," kata dia.
Derouand enggan berkomentar atas pemberitaan yang menyebutkan bahwa seorang pengacara telah diinterogasi terkait kasus tersebut.
Uang pecahan 500 euro, menurut rencana akan ditarik dari peredaran pada 2018 mendatang, lantaran Komisi Eropa menengarai pecahan tersebut dipakai memfasilitasi tindakan ilegal.
Sampai tahun depan, pecahan 500 euro masih sah dan berlaku untuk transaksi. Namun, Bank Sentral Eropa akan berhenti memproduksinya. (sumber; bbc)

Kamis, 07 September 2017

Kisah Daniel Taylor Mencari Yeti di Pegunungan Himalaya




Ketika seorang penjelajah Inggris, Eric Shepton, mencari rute baru menuju Gunung Everest pada tahun 1951, dia menemukan sebuah jejak kaki yang aneh dan menyerupai kaki hominoid.
Jejak kaki tersebut terletak di gletser Menlung, sebelah barat Gunung Everest, perbatasan Nepal dan Tibet; dan tampak seperti telapak kaki manusia, tetapi dengan jempol. Ukurannya pun cukup besar, sekitar 33 sentimeter.
Tergelitik dengan penemuan tersebut, Shepton kemudian memotretnya dan memulai demam Yeti di seluruh dunia.
Daniel Taylor adalah salah satu yang terpesona oleh misteri Yeti. Dia pertama kali menemukan foto ikonis Shepton di sebuah majalah dan terkejut ketika seorang kurator di Museum Inggris yang dikutip berkata bahwa jejak kaki tersebut adalah milik monyet langur.
“Aku mengatakan, ‘Ini tidak masuk akal, aku tahu monyet langur yang melompat-lompat di atas genteng setiap saat. Yang membuat jejak kaki misterius seperti manusia ini pasti hewan lain.’,” ujarnya menceritakan kepada National Geographic 19 Agustus 2017.
Jejak kaki Yeti yang diabadikan oleh Eric Shipton
Jejak kaki Yeti yang diabadikan oleh Eric Shipton(Eric Shipton/Topical Press Agency)
Sejak saat itulah, Taylor memulai petualangannya mencari Yeti di pegunungan Himalaya. Petualangan tersebut berlangsung selama 60 tahun hingga akhirnya dia menemukan identitas Yeti yang sebenarnya di Lembah Barun.
Memiliki iklimnya sendiri, Lembah Barun adalah hutan padat yang terus-menerus diguyur hujan. Tidak ada seorang pun yang tinggal di sana dan warga lokal yang tinggal di pinggiran Lembah Barun pun tidak berani masuk, kecuali terpaksa.
“Aku diberitahu oleh Raja Nepal yang berkata bahwa bila aku ingin ke tempat paling liar di mana Yeti mungkin berada, maka aku harus pergi ke Barun. Dan jika Raja (Nepal) berkata begitu, maka Anda harus pergi ke sana karena dia benar-benar mengenal kerajaannya,” kata Taylor.
Benar saja. Dengan segera, Taylor menemukan jejak kaki yang sama persis dengan di foto Shepton ketika memasuki Lembah Barun. Dia mengatakan, aku sudah melihat jejak kaki ini sebelumnya, tetapi yang kutemukan masih baru dan aku yakin bahwa aku telah menemukan Yeti.
Seorang pemburu lokal yang bersama Taylor pada saat itu kemudian memberitahukan bahwa yang mereka temukan adalah jejak kaki beruang pohon.
“Seekor beruang yang hidup di pohon akan memaksa salah satu jari untuk menyerupai jempol. Beruang biasa tidak bisa meniru cengkeraman tersebut, tetapi jika Anda menghabiskan banyak waktu di pohon, Anda akan melatih satu jempol untuk memegang dahan atau mematahkan bambu,” kata Taylor menjelaskan.
Taylor lalu menghabiskan dua tahun untuk mencari tahu mengenai spesies beruang berjempol yang ada di daerah tersebut. Dia menjatuhkan pilihannya pada beruang hitam Asia, yang kemudian semakin dikukuhkan oleh penelitian DNA.
Beruang hitam Asia yang difoto di Kamla Nehru Zoological Garden, Ahmedabad, India.
Beruang hitam Asia yang difoto di Kamla Nehru Zoological Garden, Ahmedabad, India.(JOEL SARTORE, NATIONAL GEOGRAPHIC PHOTO ARK)
Ceritanya, seorang profesor di Oxford University bernama Bryan Sykes membuat sebuah pengumuman global. Dia meminta agar artefak-artefak Yeti, mulai dari rambut, kuku, hingga tulang, dikirim dari seluruh dunia untuk dianalisis.
“Mayoritas dari artefak-artefak tersebut berasal dari beruang atau domba, kecuali dua di antaranya yang tampak seperti spesies beruang, tetapi belum dikenal oleh manusia,” kata Taylor.
Setelah Sykes memublikasikan penelitiannya, mitos mengenai Yeti kembali ramai diperbincangkan, dan sekelompok siswa memutuskan untuk menguji caranya mengurutkan DNA.
Ternyata, Sykes melakukan kesalahan. Apa yang diteliti oleh Sykes tidak berasal dari spesies baru, melainkan merupakan urutan DNA yang tidak lengkap dari hewan yang sudah diketahui selama ini, yaitu beruang.
Kini, Taylor telah siap untuk menutup petualangannya mencari Yeti. Di samping merasa telah mengungkap identitas Yeti yang sebenarnya, dia juga menemukan "alam liar terbaik di planet bumi”. Bersama-sama dengan warga lokal, Taylor berusaha untuk melindungi alam Lembah Barun dengan membuat jejak Yeti yang bisa dilalui oleh turis.
Taylor pun menuturkan kisahnya dalam buku terbarunya yang berjudulYeti: The Ecology of a Mystery. (sumber:kompas.com)

Rabu, 06 September 2017

Kisah Mahasiswa Korea Tertarik Kuliah di UMM



Prestasi internasional yang diraih Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) telah membuka jalan bagi Songhyun Kim untuk menjadi mahasiswa baru di kampus ini. Mahasiswa asal Busan, Korea Selatan ini mengenal UMM salah satunya melalui prestasi Paduan Suara Mahasiswa Gita Surya UMM saat menjuarai Choral Busan Festival and Competitionempat tahun lalu di Korea Selatan.
“Iya, saya pernah tahu kelompok paduan suara UMM pernah juara lomba di Busan. Ini bagus sekali, bisa memenangkan kompetisi itu. Padahal sulit sekali,” kata Kim sambil mengacung-acungkan jempolnya.
Selain karena prestasi itu, Kim mengaku juga mendapatkan rekomendasi dari seniornya di Busan University of Foreign Studies (BUFS) Korea Selatan. Saat itu seniornya di BUFS pernah mendapatkan beasiswa Darmasiswa RI di salah satu kampus di Malang.
“Saya direkomendasikan oleh senior saya untuk belajar di UMM. Dulu dia juga belajar di Malang, tapi bukan di UMM. Tapi saya disarankan untuk belajar di UMM. Katanya UMM bagus,” ujar mahasiswa yang sebelumnya mengambil program studi Indonesia-Malaysia di BUFS ini.
Ketika pertama kali datang ke kampus ini, Kim mengaku langsung menyukai UMM, karena keramahan orang-orangnya dan kesejukan udaranya. “Banyak orang baik di sini. Saya belum keliling semua kampus, tapi saya suka danaunya, sejuk. Bagus sekali kampusnya,” kesan Kim.
Menariknya, Kim bertekad tak mau berbicara dalam bahasa Inggris maupun bahasa Korea selama di Indonesia. Ia akan berusaha berbicara bahasa Indonesia. "Ya, saya harus bicara bahasa Indonesia," tekadnya sambil tersenyum lebar. (humas UMM)