Rabu, 31 Mei 2017

Kisah Muslim di Islandia, Puasa hingga 22 Jam Sehari



Berbeda dengan muslim di Indonesia yang puasa 12 jam sehari, muslim di Islandia mesti berpuasa hingga 22 jam sehari. 

Dengan waktu imsak antara pukul 02:00 atau 03:00, mereka berbuka pukul 21:30 atau 23:30. Masyarakat muslim di negara di sebelah barat laut Eropa itu kemudian terbagi dua, ada yang berpuasa 18-19 jam sehari (pukul 03:00 hingga 21:00), ada juga yang berpuasa 21-22 jam sehari (02:00 hingga 23:30). Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan musim dan terbit terbenamnya matahari. 

Muhamad Aufaristama, mahasiswa PhD Indonesia yang berkuliah di University of Iceland adalah salah satu yang merasakannya. Ia menuturkan dirinya berpuasa kurang lebih 22 jam sehari. 

"Puasa 22 jam terasa banget kalau kita libur nggak ada kegiatan, tapi kalau kita banyak berkegiatan outdor atau habiskan waktu di luar insya Allah nggak berasa, karena disini cuacanya meski di luar ruang tak berasa panas jadi tak gampang haus," ungkapnya saat dihubungi via pesan instan, pada Selasa (30/5). 

Aufar menambahkan, matahari bahkan ada sampai "malam", jadi  kadang ia tidak berasa waktu sudah berpindah sudah malam hari. "Nah ini buat kita semangat beraktivitas di luar," tambah dia.

Di Islandia, kata dia, masyarakat muslim terbagi atas dua. Pertama yang mengikuti waktu sesuai posisi matahari di negara tersebut (walaupun matahari tidak pernah terbenam) yaitu sekitar 21-22 jam durasinya. Kedua, mengikuti negara Eropa terdekat seperti Inggris, jadi sekitar 19 jam durasinya.
Dibandingkan dengan Indonesia, Aufar menilai perbedaannya tidak hanya durasi puasa, tapi juga dari pilihan makanan berbuka. Di sana, kata dia, puasa seperti hari-hari biasa tanpa ada menu khusus di restoran. 

"Kita nggak akan bisa berbuka puasa di luar (restoran) mengingat jam tutup antara 21:00-22:00, sedangkan berbuka puasa disini jam 21:30-23.30 (tergantung ikut yang mana)," ujarnya.

Bagaimana dengan menu sahur dan berbuka? Aufar mengatakan hampir tak jauh beda. 

"Untuk saya pribadi nggak ada perbedaan konsumsi saur dan buka puasa karena disini waktu berbuka puasa dan saur bisa berdempetan 2-4 jam, jadi biar efisien menu sama atau disekaliguskan berbuka dan sahur," katanya. 

Namun, kata dia, tidak semua orang mengikuti jadwal imsakiyah tersebut. Ada juga beberapa orang yang mengikuti jadwal di Makkah, misalnya.
Untuk rentang waktu yang hanya empat jam itu, Aufar biasanya memilih untuk istirahat tidur atau mengerjakan paper sembari menunggu sampai sahur. 

"Untuk orang yang rumahnya berdekatan dengan masjid di Islandia atau punya kendaraan pribadi biasanya sholat tarawih di masjid sambil menunggu sahur," ujarnya.

Sementara, kalau yang jarak imsak dan bukanya hanya dua jam, biasanya orang menunggunya sambil trawih atau digabung buka puasa dan sahur.

"Di sini nggak ada waktu imsak, jadi imsak dan subuh bareng jadi penanda masuk puasa saat subuh," ujarnya. 

Ikut imsakiyah masjid 

Dihubungi terpisah, Dyah Anggraini, ketua perkumpulan komunitas Indonesia di Islandia juga menuturkan kisah yang tak jauh beda. 

"Karena sekarang mendekati musim panas, waktu antara matahari terbit hingga tenggelam memang sekitar 20-22 jam. Jadi, bila kita mengikuti jadwal imsakiyah masjid di sini, puasa hari Selasa ini mulai dari jam 2.30 hingga jam 23.25," ujarnya.


"Waktu puasa di Makkah sekarang sekitar dari jam 04.00 sampai jam 19:00, jadi orang-orang yang mengikuti jadwal Makkah, ya puasanya seperti itu."

Dyah sendiri mengaku tidak puasa hingga 22 jam sehari. Ia lebih memilih ikut jam puasa mengacu pada London, puasa dari pukul 03:00 hingga 21:00. 

"Bedanya puasa di sini, karena nggak panas, jadi lebih pada tahan hausnya, di samping itu, nggak ada godaan warung atau tukang makanan lewat," tuturnya lugas. (sumber: CNN Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar