Selasa, 27 Juni 2017
Kisah Penjaga Pantai Ancol Jakarta
Suaranya sesekali terdengar di tengah ramainya pengunjung Pantai Indah Barat Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Melalui pengeras suara, suara itu menarik perhatian para pengunjung.
"Demi keamanan, kenyamanan dan keselamatan Anda selama di sini. Saya mengimbau kepada orang tua agar melarang putra putrinya di area sekitar bebatuan mengingat kondisi batu licin," ujar Ahmad (31).
Pria berperawakan kurus ini memang bertugas sebagai pengawas pantai atau lifeguard. Sudah bukan hal baru baginya melihat pesisir pantai yang begitu ramai dengan anak-anak.
Ahmad bercerita, sejak 2012, dirinya telah melewatkan lima kali Lebaran dengan bertugas menjaga keamanan di pantai. Hal ini tidak menjadi masalah baginya. Sebab, masa bertugas itu dapat diganti dengan libur setelah tugasnya selesai. Setelah itu, baru ia bisa berkumpul dengan orang tua.
Orang tua lalai
Selama bertugas, Ahmad mengaku sering kesal dengan orang tua yang tidak memperhatikan anak-anaknya selama di pantai. Padahal, peringatan Ahmad hanya berkisar pada batu karang yang licin dan ombak yang dalam.
"Kami ada tujuh personil yang tersebar di beberapa titik, karena kondisinya banyak batu dan pengunjung juga kurang paham soal mengatasi bahaya kalau kami tidak mengimbau," ujarnya.
"Kalau posisi ramai begini memang sering (orang tua tidak mendengarkan imbauanlifeguard), kami akan menghampiri anaknya dan memberitahukan langsung karena orang tuanya tidak dapat diberitahukan," tuturnya.
Bukan tanpa alasan hal itu dilakukan. Selain karena SOP (prosedur operasional standar) yang berlaku, Ahmad mengatakan, dirinya juga tidak ingin momen liburan malah menjadi malapetaka bagi pengunjung.
Tergelincir dan tenggelam
Ahmad mengatakan, hal yang paling sering terjadi adalah anak yang tergelincir di atas batu karang. Saat itu terjadi, mereka akan memanggil petugas pelayanan kesehatan yang sudah tersedia di dekat posnya berjaga.
Meski demikian, dia juga seringkali menangani persoalan anak yang tenggelam. Saat itu pertolongan pertama yang akan diberikan adalah dengan memerika urat nadi, jika semakin lemah maka akan diberikan nafas buatan.
Jika badan masih dalam keadaan kuat maka badan anak akan dibaringkan menyamping untuk mengeluarkan air dari dalam mulutnya.
"Biasanya kejadian-kejadian itu (tergelincir dan tenggelam) terjadi pada anak usia empat sampai lima tahun," ucapnya.
Meski kadang merasa lelah dan rindu dengan kampung halaman di Pemalang, Jawa Tengah, Ahmad mengatakan, dirinya senang dengan profesi yang dijalaninya. Pria yang saat ini tinggal di Pademangan, Jakarta Utara itu mengaku, tugasnya merupakan tanggung jawab yang harus dipertanggungjawabkan.
"Saya senang karena kerja sambil rekreasi, dibawa enak saja di pikiran," tutur ayah dari tiga anak itu. (sumber: CNN Indonesia)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar