Kamis, 09 Maret 2017

Kisah Sukses Catur Mengembangkan Batik Kayu



Inspirasi pertama Catur  untuk membuat kerajinan berbahan kayu adalah membuat topeng cat. Dimulai sejak 1996, dia nekat menjalankan usaha dengan modal Rp 1,5 juta.
Kebetulan, bahan bakunya mudah didapat di sekitar tempat tinggalnya dulu, di kawasan Jogonalan, Bantul-Yogyakarta.

Kerajinan yang dibuat Catur cenderung berbeda dengan topeng kayu ciptaan perajin lain. Catur turut mengaplikasikan kelihaiannya membatik pada kayu. Kini, kerajinan itu lebih dikenal dengan batik kayu.

"Selain topeng, kami membuat pigura, patung, dan juga tongkat. Daya tarik ada pada motif batik yang atraktif tetapi terkesan klasik," ujar Catur.
Catur juga sudah memiliki label dagang sendiri, yaitu Catur Batik Wood. Bisnis itu kemudian berkembang dengan cepat. Kini, ia sudah memiliki beberapa outlet yang tersebar di Jakarta dan Bali.
"Dua tempat di Sarinah-Thamrin, Jakarta Pusat. Lalu dua lagi ada di terminal E dan D Bandara Soekarno-Hatta. Kalau di Bali sudah ada tiga outlet," tambahnya.
Tak hanya itu, kerajinan buatan dia juga sudah diekspor ke sejumlah negara. Antara lain, Malaysia, India, Afrika Selatan dan Perancis.
Catur bilang, ranum usahanya dimulai dari bertambahnya hotel dan perumahan yang berdiri di Jakarta. Karyanya kemudian dijadikan sebagai elemen dekorasi hotel dan rumah.

"Setelah kami berhasil menguasai pasar dalam negeri, kami mulai ekspor untuk mencari pasar asing pada 1999," ujarnya.
Strategi pun dirangkai. Menurut Catur, karakter konsumen mancanegara berbeda dengan dalam negeri. Mereka lebih pilh produk yang dibuat handmade dengan tingkat kesulitan yang tinggi sehingga harganya jauh lebih mahal.
"Uniknya, ketertarikan konsumen mancanegara bukan terletak pada desain, melainkan pilihan warna. Jepang dan China menyukai warna cerah—terutama yang melambangkan unsur hoki—sedangkan kawasan Amerika lebih suka warna klasik seperti cokelat," lanjutnya.
Catur  bilang, sejak mengikuti pelatihan manajemen bisnis dan ekspor yang difasilitasi Telkom, usahanya semakin terkelola dengan baik. Ekspor produk pun terus meningkat.
"(Media pemasaran) yang paling tepat memang mengikuti pameran baik di dalam maupun luar negeri. Apalagi segmentasi pasar kami adalah menengah ke atas," ujar Catur.
Akan tetapi, kata Catur, usahanya tak akan pernah sukses tanpa menjaga kualitas.

"Pengusaha harus jeli membaca tren dan jaga kualitas. Agar tercapai harus ada totalitas dam berpikir menyatu dengan produk. Kalau (kita) menyayangi produk, maka produk pun akan menyayangi (kita), ujarnya.
Strategi baru sedang disapkan oleh ia dibantu Telkom. Salah satunya dengan mempersiapkan pemasaran online agar produknya lebih mudah dikenal global. (sumber: kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar