Komikus Ardian Syaf berusaha tidak memasang wajah murung. Meski hatinya sempat dirundung rasa sedih dipecat dari perusahaan publisher Marvel Comics yang bermarkas di Amerika Serikat.
Pria lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang 2004 ini meyakini apa yang dialaminya sebagai sebuah takdir. Ardian tidak mau disebut trauma dengan pemecatan itu.
"Saya sangat yakin ini ada hikmah tersembunyi yang saya belum tahu," kata Ardian seperti dilansir Antara yang menemui langsung Ardian di kediamannya, Desa Tenggur, Kecamatan Rejotangan, Tulungagung, Jawa Timur, Jumat 14 April 2017.
Ardian berusaha melihat pemecatan dengan kacamata positif. Ia ingin kasusnya menjadi pembelajaran berharga.
Ardian menceritakan muasal dari pemberian label "QS 5:51" dan "212" dalam karya animasi buatannya untuk serial komik X-Man Gold #1 terbitan Marvel Comics. Ardian cuma iseng.
Ya, iseng. Berawal dari keikutsertaannya dalam aksi damai di Jakarta pada 2 Desember 2016. Ardian terkesan dengan aksi yang dianggapnya sebagai bentuk protes terhadap Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Apalagi itu menyangkut agama yang diyakininya, Islam dan membela kitab suci Al Quran.
Naluri seni Ardian pun tergerak. Dari meja kerjanya, Ardian mengabadikan kesannya itu di dalam komik Marvel tersebut.
Alhasil, kombinasi angka "QS 51:5" yang merujuk pada surat Al-Maidah ayat 51 dia selipkan pada gambar kaos salah satu tokoh superhero dalam serialX-Man Gold #1.
Sementara kode "212" yang menjadi simbol aksi damai 2 Desember 2016 tertera pada nama toko yang menjadi latar ilustrasi komik.
Ardian memang terbiasa mengabadikan sesuatu yang ia anggap menarik. Pernah Ardian, menyisipkan gambar baliho kampanye Jokowi-Ahok di komik Batgirl #1 pada momen Pilgub DKI Jakarta 2012.
Dulu keisengannya, nyaris aman-aman saja, bahkan menuai pujian banyak pihak. Namun
tidak halnya dengan keisengannya menyelipkan simbol "QS 51:5" dan "212" yang mulai terbit pada Rabu pekan lalu.
Ardian menjelaskan komik X-Men Gold #1 merupakan gambar animasi bercerita dengan tema tokoh superhero menjadi sosok super penjaga keadilan, ketertiban sosial dan cinta keberagaman. Komik ini, kata Ardian mendapat review serta apresiasi positif.
Tidak hanya dari pecinta komik dari dalam negeri, tetapi dari berbagai penjuru dunia yang mengikuti serial komik terbitan Marvel Comics tersebut.
"Ketika terbit komik itu mendapat banyak review yang cukup bagus, bahkan di beberapa negara, itu masuk 'comics of the week' yang banyak diburu pecinta komik internasional," ujar dia.
Tak ketinggalan, pihak Marvel Comics secara terbuka mengucapkan selamat melalui email ke tim. "Jadi mereka sangat puas dengan hasilnya," kata Ardian.
Namun itu tidak bertahan lama. Kontroversi mulai bergulir pada Sabtu 8 April. Setelah berbagai komentar di laman jejaring sosial "twitter" dan "facebook" serta portal komunitas "reddit" menyebutkan tentang simbol-simbol tersebut.
Tidak hanya itu, email dan akun media sosial pribadi milik Ardian juga dibanjiri pesan. Pada intinya sebagian besar pesan yang masuk, mengandung kecaman dan kritik.
"Sejak mulai muncul kontroversi itu saya menyadari situasinya bakal menjadi fatal sehingga berujung pemecatan (saya) oleh pihak Marvel," ujar dia.
Dugaan itu benar saja. Tak berapa lama setelah kontroversi menggelinding bak bola liar dan sampai ke "telinga" Marvel Comics, Ardian Syaf dipecat pada Senin 10 April 2017 melalui email yang ia terima pukul 03.00 WIB.
Pihak Marvel Comics juga mengonfirmasi bahwa menarik bagian-bagian tersebut dari cetakan komik selanjutnya.
Dikutip dari comikbook.com, Marvel menyatakan, "Karya seni yang disebut dalam X-Men Gold #1 dimasukkan tanpa keterangan tentang makna di baliknya, seperti yang menjadi kontroversi.
Marvel mengatakan bahwa karya itu tidak mencerminkan pandangan penulis, editor, atau orang lain di Marvel dan bertentangan langsung dengan inklusivitas Marvel Comics.
Karya seni ini akan dihapus dari cetakan berikutnya, versi digital, dan novel perdagangan, dan tindakan disipliner akan diambil.
Ardian mengaku dirinya sadar menyisipkan simbol itu. Namun ia menegaskan tidak bermaksud rasis.
Ardian juga mengaku tidak anti Kristen maupun Yahudi. Karena jika hal itu ia lakukan, tentu Ardian tidak akan pernah bekerja di perusahaan publisher komik internasional sekelas DC Comics dan Marvel Comics, di bawah grup usaha Disney yang notabene milik Yahudi.
"Sejujurnya saya tidak ada niatan lain kecuali hanya ingin menyimpan kenangan akan aksi 212 itu dalam karya saya," tandas Ardian.
Kendati menyesal, Ardian tak mau larut dalam kesedihan. Goresan karya ilustrasi komik dalam versi pensil, tampak dibiarkan berserak di meja kerjanya, di rumah yang berukuran besar dengan sentuhan modern pada bagian depan.
Aktivitasnya membuat ilustrasi komik memang sementara berhenti. Ardian masih ingin menenangkan diri. Namun bukan berarti kariernya di dunia ilustrasi komik karam sama sekali.
Sejumlah tawaran komik di publisher lain justru berdatangan. Tidak hanya dari Indonesia yang berempati dan masih kagum dengan karya ilustrasi Ardian Syaf.
Beberapa tawaran dari publisher lain di Amerika Serikat di luar Marvel Comics, hingga perusahaan komik dari TimurTengah terus saja berdatangan.
Ardian mengaku, manajernya berulang kali dikonfirmasi beberapa publisher asing tersebut, namun belum satupun yang dia sambut.
"Saya ingin istirahat sejenak dan menenangkan diri dulu," ujar dia.
Ardian tidak memastikan sampai kapan akan kembali meniti karier di dunia komik dan menjajaki kerjasama dengan satu atau lebih publisher dalam negeri maupun asing yang menunggu jasanya tersebut.
Bahkan untuk tawaran pembelian dari banyak kolektor atas dua karya ilustrasi asli Ardian Syaf yang terdapat simbol "QS 51:5" dan "212" dalam versi pensil masih belum ia amini.
Tak peduli meski penawaran untuk satu lembar karya asli dengan logo "QS 51:5" atau "212" terus melangit.
"Manajer saya menyarankan agar karya asli ilustrasi komik tokoh superhero di serial X-Men Gold #1 yang ada tulisan simbol 'QS 51:5' atau '212' (masing-masing) dijual seharga Rp3 ribu dollar US (sekitar Rp40 juta). Namun saya belum bisa putuskan," kata dia.
Ardian mengisyaratkan tidak terlalu terobsesi menjual karyanya itu. Ia justru ingin menyimpannya sebagai kenangan yang kelak bisa terus menjadi pengingatnya. Termasuk menjadi prasasti bagi anak-cucunya kelak di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar