Oktavianus Quaasalmy (33), pelari asal Palembang yang mewakili Provinsi Sumatera Selatan ini akhirnya berhasil menyabet gelar juara lari Lintas Sumbawa 2017 Tambora Chalenge kategori relay (lari beranting).
Pria kelahiran Palembang 8 Oktober 1983 ini akhirnya berhasil menjadi juara setelah melewati empat pesaingnya.
Oktavianus menyelesaikan sisa 160 kilometer dari total 320 kilometer yang harus ditempuh bersama pasangannya, Rizki Triadi Dewata (26). Adapun Rizki menjadi pelari pertama yang juga menempuh 160 kilometer.
Dengan susah payah, Okta pun akhirnya menginjak garis finis di Doro Ncanga, Kabupaten Dompu, Jumat sore (7/4/2017) pukul 17.26 dan berhak membawa pulang medali dan mengharumkan nama baik Sumatera Selatan.
Duet Oktavianus-Rizki ini akhirnya mampu "mencuri" trophy juara dari pesaing terdekat mereka yaitu pasangan pelari asal Yogyakarta, Dzaki Wardana (28) dan Ari Iskandar (27).
Di balik "keberuntungan" dia memenangkan adu lari "terganas" di Asia Tenggara ini, ternyata dia juga pernah menjadi juara lari Tambora Chalenge di tahun 2016. Tambora Chalenge 2016 ternyata telah menjadi ajang latihan sempurna untuk menyiapkan fisik dan mental juara.
Lintas Sumbawa merupakan lomba lari yang digelar sejak 2015 dan dijuluki sebagai lomba lari terpanjang dan terganas di Asia Tenggara. Jarak tempuh total dari Lintas Sumbawa ini mencapai 320 kilometer.
Selain kategori relay yang dimenangi Oktavianus ini, ada pula kategori individu yang harus menempuh jarak 320 kilometer sendirian, yang dimenangi pelari asal Pemalang, Jawa Tengah, Eni Rosita (38).
Di kategori relay, setiap tim beranggotakan dua orang. Sepasang pelari ini harus menempuh jarak 320 kilometer, pelari pertama menempuh 160 kilometer yang dilanjutkan pelari kedua. Oktavianus berpasangan dengan pelari Rizki Triadi Dewata (26).
Laki-laki yang kesehariannya berprofesi sebagai karyawan di salah satu perusahaan perlengkapan lantai ini dinobatkan sebagai pelari tercepat yang berhasil menyelesaikan lomba lari Lintas Sumbawa 2017 dalam kategori relay, dengan mencatatkan waktu selama 24 jam 30 menit.
Di titik start leg kedua, sebenarnya Ia sempat pesimistis karena tertinggal satu jam oleh salah satu pesaingnya, yaitu Dzaki Wardana. Dzaki memimpin lomba di urutan terdepan seusai bergantian dengan pelari pasangannya yaitu Ari Iskandar.
Meski sempat tertinggal 10 km dari pesaingnya, tidak membuat anak bungsu dari empat bersaudara itu patah semangat. Okta tetap memegang teguh prinsipnya menyelesaikan perlombaan hingga mencapai garis finis.
Targetnya menang dan menjadi sang juara. "Ya, pastilah. Karena kita maunya ngejar juara. Cuman kita enggak ngotot banget, ngejar gila-gilaan. Ya, stabil aja, ngejar. Kalau bisa, syukur. Kalau enggak, yaenggak apa-apa," kata Okta saat diwawancarai di ruang istrahat, Jumat sore (7/4/2017).
Sebelumnya, Okta memulai start di kilometer ke-160 seusai menerima tongkat estafet dari pelari pasangannya Rizki Triadi Dewata dengan sisa jarak 10 kilometer tertinggal.
Kendati tertinggal terlampau jauh, dia tetap menggunakan startegi dengan kecepatan biasa pada awal start. Namun di perjalanan menjelang garis finis, dia terus menambah kecepatan larinya sehingga bisa meraih trophy juara setelah mengungguli lawanya.
"Di 10 kilometer mau masuk finis, sekitar 50 menitan agak kencang. Di tanjakan, saya lari kaya jalan. Tapi, langkah itu teratur gitu," ujarnya.
Okta mengaku tidak memiliki kesiapan khusus dalam lomba lari kali ini. Ia juga tidak menyangka bisa mencatat waktu tercepat dengan menyabet juara di ajang Tambora Chalenge Lintas Sumbawa bertajuk "Pesona Tambora" tahun 2017.
"Enggak ada sih sebenarnya, enggak ada strategi khusus juga. Sebenarnya, justru kesiapan saya kurang," tutur Okta.
Tanpa ganti sepatu
Selain mencetak waktu tercepat, Okta juga patut diacungi jempol karena mampu melewati jarak yang jauh dengan berlari tanpa mengganti sepatu sampai di finis.
"Biasanya orang bawa sepatu cadangan. Cuman saya bawa satu, kemarin sempat minjam punya teman, tapi enggak kepakai. Dari start sampe finis, saya cuman make sepatu ini aja, enggak pernah ganti," ujar Okta.
Menurut Okta, Lintas Sumbawa 320K digelar atas kerjasama harianKompas, Kemenpar, Pemerintah Provinsi NTB, dan seluruh daerah kota dan kabupaten di Pulau Sumbawa ini adalah tantangan terbesar baginya selama mengikuti lomba lari.
Selain jarak tempuh yang jauh, ia dan peserta lain harus menghadapi suhu panas dan aspal yang menguap.
Okta merupakan pelari dari 27 peserta yang bergabung dalam event Tambora Chalenge Lintas Sumbawa 320K yang dimulai Rabu (5/4/2017), di Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat.
Selain merebut juara pertama lintas 160K, ia juga pernah mengikuti lari jarak 100 kilometer di ajang Tambora Chalenge di tahun 2016 lalu, dan berhasil meraih juara pertama.
Baginya, kemenangan di ajang Tambora Chalenge 2017 ini adalah suatu keberuntungan karena pesaing ketatnya mengalami masalah di bagian kaki. Namun atas pencapaiannya, Okta mengaku merasa legah dan bahagia.
"Perasaan ya, lega, sudah bisa selesai finis. Kalau menang, sebenarnya beruntung juga karena lawan bermasalah di kakinya. Jadi larinyaenggak maksimal dia. Kalau enggak ada masalah, mungkin dia kali yang juara," pungkas Okta. (sumber: kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar