Ibu dari seorang pria AS yang tewas karena melindungi dua perempuan dari hinaan anti-muslim menyebutnya 'pahlawan' yang 'akan tetap menjadi pahlawan' setelah kematiannya.
Taliesin Myrddin Namkai-Meche adalah satu dari dua pria yang ditikam sampai tewas dalam kereta di Portland, Oregon, pada Jumat (26 Mei 2017).
Laporan di Oregon menyebutkan bahwa pria kedua yang tewas adalah Ricky John Best, 53, seorang ayah dari empat anak dan seorang veteran perang.
Seorang penumpang lain juga terluka sebelum pelaku kemudian ditahan.
Polisi telah mengidentifikasi pelaku sebagai Jeremy Joseph Christian, 35, seorang narapidana.
Dia dijadwalkan untuk muncul di persidangan pada Selasa, dan akan menghadapi dua tuntutan pembunuhan, percobaan pembunuhan, intimidasi dan napi yang memiliki senjata yang dilarang, menurut Reuters
Meski begitu, Loren Cannon, agen khusus yang menangani Biro Penyelidikan Federal di Oregon mengatakan pada Sabtu bahwa terlalu awal untuk mengetahui apakah "aksi kekerasan ini merupakan terorisme domestik atau kejahatan kebencian federal".
Apa yang terjadi?
Pada Jumat siang, dua remaja perempuan, salah satunya seorang muslim dan mengenakan jilbab, menaiki kereta di Portland.
Menurut saksi mata, mereka menarik perhatian Christian.
Dyjuana Hudson - ibu dari salah satu remaja tersebut - mengatakan Christian mulai mengatakan, "semua orang muslim harus mati".
Sersan Pete Simpson membenarkan bahwa "tersangka ada di kereta dan berteriak, mengoceh, dan mengatakan banyak hal lain, termasuk hal-hal yang bisa tergolong kejahatan kebencian atau bahasa bias."
Tiga orang pria lalu membela para remaja tersebut. Hudson mengatakan pada the Oregonian bahwa salah satu dari mereka mengatakan, "Kamu tak bisa bilang seperti itu - mereka anak-anak."
Namun terduga pelaku kemudian malah melawan para pembela remaja tersebut. Sersan Simpson mengatakan, "Beberapa orang yang meneriaki (pelaku), mereka diserang dengan kejam oleh pelaku, dan menyebabkan dua kematian dan satu terluka.
Tampaknya, tak sadar akan parahnya luka para pembela tersebut, dua remaja yang ketakutan itu kabur dan menelpon Hudson untuk minta tolong.
Christian langsung ditangkap setelah dia turun dari kereta.
Siapa saja korbannya?
Best tengah berada dalam perjalanan pulang saat diserang.
Dia sudah menghabiskan 23 tahun di militer AS, dan pensiun pada 2012, menurut situs Oregon, Willamette Week. Sejak 2015, dia bekerja untuk Kota Portland.
Koleganya, Kareen Perkins, mengatakan pada Oregon Live bahwa Best adalah "orang pertama yang akan Anda mintai tolong".
Namkai-Meche sedang menelpon bibinya ketika dia mulai membela remaja tersebut. Bibi Namkai-Meche meminta lulusan ekonomi tersebut untuk berhenti menelpon dan merekam apa yang terjadi, menurut KATU News.
"Saya tidak bermaksud agar dia jadi pahlawan dan meninggal, tapi dia berusaha untuk melindungi dua remaja tersebut," katanya pada stasiun televisi tersebut.
Ibu Namkai-Meche memberikan salam perpisahan pada "anak laki-laki tersayangnya" di Facebook.
"Dia adalah seorang pahlawan dan tetap akan jadi pahlawan," tulisnya. "Bintang yang bersinar, saya mencintaimu selamanya.
Hudson, ibu dari dua remaja perempuan tersebut, menulis di Facebook, "Terima kasih terima kasih terima kasih... Kamu selalu menjadi pahlawan kami."
Wali Kota Portland Ted Wheeler mengatakan bahwa "aksi berani yang tidak mementingkan diri sendiri" dari tiga pria tersebut "harus menjadi contoh dan inspirasi bagi kita semua".
Meski begitu, dalam konferensi pers, dia mengingatkan bahwa "iklim politik yang terjadi sekarang memberikan terlalu banyak ruang bagi orang untuk menyebarkan kebencian".
Siapa terduga pelaku?
Seorang peneliti senior di Southern Poverty Law Center, sebuah kelompok pengawasan serangan kebencian, mengatakan bahwa lewat halaman Facebooknya, Christian meyakini "kepercayaan rasis dan ekstrem lainnya".
Halaman Facebooknya juga mengatakan bahwa dia menyukai "komik" dan "ganja".
Sebuah artikel di penerbitan alternatif Portland melaporkan bahwa dia "dikenal sebagai supremasis kulit putih" yang sebelumnya pernah memberikan salam hormat Nazi dalam aksi kelompok sayap kanan.
Polisi menolak membagikan detail dari sejarah kriminal terduga pelaku.(sumber: BBC Indonesia)