Kamis, 13 Juli 2017

Kisah Tiga Anak Yatim yang Ditinggal Orang Tuanya yang Mualaf




Manusia bisa berencana, tetapi Tuhan penentu semuanya.
Sepasang suami istri ini meninggal dunia setelah mereka menjadi seorang mualaf.
Pasangan Agus Eko dan Sara Dede Amaliya kini meninggalkan tiga orang putri yang menjadi yatim piatu hanya dalam waktu sekejap.
Ketiga putri tersebut adalah  Riska (10)  Shelly (9) dan paling bontot  Asti yang masih berusia 1 tahun.
Eko adalah pria yang berasal dari Jombang, Jawa Timur, sedangkan Sara Dede adalah wanita dari Bandung, Jawa Barat.
Kini, ketiga anak tersebut pun terpisah.
Risa, Shelly, dan Asti tidak hanya terpisah dari kedua orangtuanya yang telah meninggal dunia, tetapi juga terpisah di antara mereka.
Riska (10) dan Shelly (9) atau putri pertama dan kedua pasangan Eko-Dede, tinggal di Desa Mlayang, Purbalingga, Jawa Tengah.
Anak ketiga atau putri paling kecil yang masih berusia 1 tahun, dibawa oleh kerabat almarhum ke Jakarta.
"Putri almarhum yang nomor 1 dan 2 ikut pakdhe dan sepupunya di Purbalingga, sedangkan yang nomor 3 ikut saudaranya di Jakarta," kata Nur Qudus,  Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang (Unes), Semarang, Jawa Tengah, saat dihubungi Wartakotalive.com, Rabu (12/7/2017).
Nur Qudus adalah salah satu warga yang membantu keluarga ini saat masih tinggal di Semarang.
Setelah ibunya meninggal karena terjebur di sungai di Purbalingga, ketiga bocah yatim piatu itu kembali ke Semaranguntuk mengurus kepindahkan tempat tinggal dan sekolah mereka.
"Senin lalu saya ketemu saat ke Semarang. Anak pertama dan kedua pindah sekolah madrasah ibtidaiyah (MI) ke Purbalingga. Sekalian kami carikan truk unguk mengangkut barang-barang mereka," ujar Nur Qudus.
Agus Eko danSara Dede Amaliya, meninggal dunia setelah mereka menjadi seorang mualaf. Mereka meninggalkan tiga orang putri yang menjadi yatim piatu. Ketiganya adalah Riska (10), Shelly (9), dan Asti (1).
Agus Eko danSara Dede Amaliya, meninggal dunia setelah mereka menjadi seorang mualaf. Mereka meninggalkan tiga orang putri yang menjadi yatim piatu. Ketiganya adalah Riska (10), Shelly (9), dan Asti (1). (Facebook Nur Qudus Usman)
Berjualan Es Batu
Cerita viral ini berawal dari meninggalnya Agus Eko tiga hari setelah menjadi seorang mualaf di Semarang, Jawa Tengah.
Cerita menyedihkan dan kemudian menjadi viral di media sosial itu muncul setelah foto-foto ketiga putri  tersebut diunggah di akun facebook @Nur Qudus Usman, Selasa (11/7/2017) beberapa menit lalu.
Nur Qudus menulis:
Sekitar 9 Bln yll Masjid Baitussalam Dinar mas kedatangan tamu keluarga mualaf dgn 3 putrinya.
Beliau sempat menjadi muazzin, Allah berkehendak di hari ke 3, setelah azan dan sholat subuh beliau wafat. Idul fitri 1438 H yll ibu dan 3 putrinya silaturahmi ke keluarga di Mlayang Purbalingga.
5 Syawal pukul 16.30 putri ke 2 tercebur ke sungai dan ibundanya berusaha menolong, Alloh berkehendak lain, putri tersayang selamat, namun sayang ibunda hanyut dan ditemukan 30' kemudian dlm kondisi meninggal dunia.
Beliau meninggalkan 3 putri yg berumur 10, 9 dan 1 tahun. Mohon do'a utk keluarga mualaf ini, Smg bpk dan ibu nya husnul khotimah, putrinya menjadi anak sholehah, aamiin...
Agus Eko danSara Dede Amaliya, meninggal dunia setelah mereka menjadi seorang mualaf. Mereka meninggalkan tiga orang putri yang menjadi yatim piatu. Ketiganya adalah Riska (10), Shelly (9), dan Asti (1). Dalam Foto Nur Qudus bersama Riska dan Shelly.
Agus Eko danSara Dede Amaliya, meninggal dunia setelah mereka menjadi seorang mualaf. Mereka meninggalkan tiga orang putri yang menjadi yatim piatu. Ketiganya adalah Riska (10), Shelly (9), dan Asti (1). Dalam Foto Nur Qudus bersama Riska dan Shelly. (Facebook Nur Qudus Usman)
Menurut Nur Qudus kepada Wartakotalive.com, ketiga putri yang kini telah menjadi yatim piatu itu beberapa waktu lalu bertemu dengan dirinya di Semarang.
Almarhum Eko selama 3 hari tinggal di Semarang termasuk mualaf yang rajib beribadah.
Eko juga rajin menjadi muazin salat subuh.
"Bapaknya (Eko) di tempat kami hanya 3 hari. Selama 3 hari tersebut beliau rajin jadi muazin, azan salat wajib, utamanya salat subuh," kata Nur Qudus.
Setelah Eko meninggal, didukung ibu-ibu anggota kelompok pengajian dan warga yg perduli, ke-2 putrinya (Riska dan Selly) disekolahkan di Madrasah Ibtidaiyyah Taqwa Illah Meteseh Tembalang, Semarang.
Ibu Sara Dede (alm) saat itu juga mendapat bantuan dari warga berupa mesin cuci dan perlengkapannya yang kemudian menjadi modal usaha laundry.
"Alhamdulillah waktu itu sudah jalan bagus. Ada juga warga yang membantu kulkas sehingga bisa membuat es batu untuk dijual lagi," katanya.
Saat ini, Risa, Shelly, dan Asti telah menjadi seorang anak yatim piatu.
Mereka telah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya yang telah kembali ke pangkuan Illahi Rabbi.
Tiga bocah yatim piatu itu pun kini terpisah.
Risa dan Shelly melanjutkan sekolah di Purbalingga, sedangkan Asti dirawat oleh salah seorang kerebat almarhum orangtuanya di Jakarta.
Mudah-mudahan ketiganya kelak menjadi anak-anak yang salehah dan membanggakan kedua orangtua mereka. (sumber: tribunenews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar