Jumat, 28 Juli 2017

Kisah Romelu, Pesepakbola Muslim yang Dicabut Gelar Man of the Matchnya




Striker anyar Manchester United, Romelu Lukaku, harus menerima kenyataan statusnya sebagai man of the match dicabut. Gara-garanya, ia nggak mau difoto berlatar belakang minuman keras.
Seperti dilansir dari dailymail.co.uk, gara-garanya penyerang haus gol asal Belgia itu mempertahankan keyakinannya sebagai seorang Muslim (menurut sejumlah media Inggris) dan menolak apa pun tentang minuman keras.
Lukaku sebenarnya berhak atas penghargaan man of the match tersebut setelah tampil ciamik di kompetisi pra musim International Championsip Cup (ICC) yang berlangsung di Amerika Serikat.
Sponsor utama kompetisi itu adalah salah satu brand minuman keras, Heineken.
Lukaku layak mendapatkan penghargaan man of the match usai mencetak gol di laga derby antara Manchester United versus Manchester City.
Laga yang berlangsung pada (21/7/2017) tersebut dimenangkan MU dengan skor 2-0 lewat gol Lukaku dan Marcus Rashford.
Akan tetapi, Lukaku menolak karena ketaatan terhadap keyakinan yang dia percayai. 
Akhirnya seusai laga, penyelenggara menyerahkan penghargaan man of the match kepada Henrikh Mkhitaryan yang hanya memberi assis untuk gol Rashford.
Penyelenggara ICC mewajibkan setiap pemain yang meraih man of the match berfoto dengan latar sponsor utama Heineken.
Ini yang tidak bisa dilakukan Lukaku karena dianggap turut menyebarluaskan minuman keras yang menjadi larangan bagi agamanya.
Sebelum ICC berlangsung klub peserta kompetisi mengirimkan daftar pemain Muslim beserta pemain berusia di bawah 21 tahun ke bawah untuk menghindari keikutsertaan mereka dalam kampanye anti minuman keras.
Ramalan Tentang Lukaku 
Mantan kapten Everton, Phil Neville (40), menyambut gembira kabar kepindahan Romelu Lukaku (24) ke Manchester United.
"Saya pikir Anda juga telah melihat perkembangan Romelu," kata Phil Neville kepada BBC Sport, Kamis (6/7/2017).
"Ada sejumlah kritik yang mempertanyakan apakah dia pantas bermain di laga besar? Apakah dia bisa mencetak gol di laga besar? Saya pikir Romelu mulai menepis keraguan itu musim lalu karena mampu mencetak beberapa gol dalam laga besar dan saya pikir dia terus berkembang," ucap sosok yang menjabat kapten Everton dari 2007 hingga 2013 itu.
Lukaku memang tampil trengginas pada musim 2016-2017 di ajang Premier League - kasta teratas Liga Inggris.
Dari total 25 gol dia, ada empat gol yang bersarang ke tim-tim raksasa sekelas Man City (15 Oktober 2016 dan 15 Januari 2017), Tottenham Hotspur (5 Maret 2017), dan Arsenal (21 Mei 2017).
Phil Neville pun tak sabar menyaksikan kerja sama antara manajer Jose Mourinho dan Romelu Lukaku di Man United.
Pasalnya, dua nama terakhir sempat 'tak akur' ketika sama-sama membela panji Chelsea pada musim 2013-2014.
Kala itu, Mourinho cuma memberikan Lukaku kesempatan beraksi dalam tiga laga dengan jumlah bermain 62 menit.
"Menarik untuk melihat bagaimana Romelu bisa cocok dengan skuat United karena ada banyak perbincangan yang mengatakan bahwa Jose telah menjual Romelu dan tidak memainkannya di Chelsea. Namun, itu empat atau lima tahun lalu," ucap Neville.
"Sekarang, Romelu adalah pemain berbeda. Dia lebih bagus. Rekor dia sensasional. Jika dia bisa mencetak 17 atau 20 gol tahun ini, United akan meraih kesuksesan," tutur pria yang pernah membawa Man United meraih enam trofi Premier League itu.
Lukaku memang menjelma menjadi penyerang berbahaya. Dia merupakan pemain keempat setelah Michael Owen, Robbie Fowler, dan Wayne Rooney yang mampu mengukir lebih dari 80 gol di Premier League sebelum berusia 24 tahun. (bpp/bsc)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar